Syekh Ali meninggal di Rumah Sakit (RS) Yarsi, Jakarta, karena sakit paru-paru. Dirut RS Yarsi Anggi Erlina menyatakan, Syekh Ali Jaber dirawat dalam keadaan terpapar Covid-19. Dia pun mendapat perawatan selama 19 hari di sana.Dalam tes usap (swab test) terakhir, hasilnya sebenarnya sudah negatif.
Kondisi Syekh Ali juga sempat membaik selama menjalani perawatan. Namun, lanjut Erlina, sejak Rabu malam (13/1) kondisinya memburuk lagi.
Syekh Ali pun mengembuskan napas terakhir pukul 08.30 Kamis (14/1). “Saya sudah izin kepada pihak keluarga untuk menyampaikan kondisi klinis beliau, tuturnya.Syekh Ali Jaber dimakamkan di kompleks Pesantren Daarul Quran, Tangerang.
Seperti Mahfud, begitu banyak yang merasa kehilangan atas kepergian pendakwah yang kerap muncul di televisi itu. Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Helmy Faishal Zaini, misalnya, menyebut Syekh Ali Jaber sebagai sosok yang gigih dalam menyampaikan nilai-nilai Islam yang moderat.
Karena itu, kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi umat Islam dan Indonesia secara luas. “Saya mengajak masyarakat Indonesia, khususnya warga NU, untuk meneladani kegigihan dan sikap-sikap arif yang dilakukan beliau semasa hidup,” tuturnya.
Keteduhan itu tidak hanya ditampakkan Syekh Ali dalam dakwah-dakwahnya, tapi juga mewujud dalam sikap keseharian. Pada 13 Agustus tahun lalu, saat mengisi tausiah di Masjid Falahuddin, Tanjungkarang, Lampung, Syekh Ali diserang pria berinisial AA. Dia terluka di bahu. Tapi, ketika AA meminta maaf, dengan lapang dada Syekh Ali menyatakan bahwa tanpa diminta pun dirinya sudah memaafkan.
Keteduhan Syekh Ali dalam sikap dan perkataan itu bahkan menggema ke para pemeluk agama lain. Paul Heru Wibowo, seorang penganut Katolik, begitu terkesan dengan gaya berdakwah Syekh Ali yang dia ketahui dari televisi.
Pesan dukacita juga disampaikan Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom. Secara khusus, selama ini dia tidak pernah bertemu langsung dengan Ali Jaber. Namun, dia beberapa kali ikut menyimak ceramah-ceramah yang dibawakan Ali Jaber.
Keinginan yang sama disampaikan Syekh Ali Jaber kepada Mahfud dua pekan menjelang sakit dan mendapat perawatan intens. “Saya mau mencetak sejuta penghafal Al-quran, dalam beberapa tahun sudah bisa,” kata Mahfud menirukan ucapan Syekh Ali Jaber. Pondok pesantren sudah siap dibangun. Dana juga telah terkumpul. Almarhum mendatangi Mahfud untuk meminta dukungan agar izin-izin yang dibutuhkan membangun pondok tersebut dipermudah. “Saya bilang oke, jalankan,” ucap Mahfud.
Menurut Mahfud, Syekh Ali Jaber memang sangat dekat dengan masyarakat. Dia juga sering membantu pemerintah. Namun, tidak jarang pula menyampaikan kritik. “Tapi, memahami situasi, sehingga juga memberi solusi,” jelasnya. (ygi/wan/syn/tau