Ekonomi Bisnis

Sayuran dan Buah Sumbang Kenaikan Nilai Tukar Hortikultura

PALANGKA RAYA, kalteng.co -Dari kelima subsektor di Kali­mantan Tengah (Kalteng) nilai tukar pe tertinggi selama Desember 2020 berasal dari tanaman perkebunan rakyat 114,22, diikuti oleh peternakan 105,25, perikanan 101,24, tanaman pangan 99,15 dan hortikultura 97,42.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Eko Marsoro MM, mengatakan, nilai tukar subsektor hortikultura mengalami kenaikan nilai tukar 2,17 persen, dari 95,35 pada November 2020 menjadi 97,42 pada Desember 2020. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya It (indeks harga yang diterima) 2,46 pers­en yang lebih tinggi dibanding peningkatan Ib (indeks harga yang dibayar) 0,28 persen.

https://kalteng.co

“Kenaikan It terjadi di semua kelompok produksi, yaitu sayur-sayuran 4,43 persen, buah-buahan 1,21 persen dan tanaman obat 0,11 persen. Kelompok sayur-sayuran didominasi cabai rawit, kacang panjang, terung, ketimun dan tomat. Kelompok buah-buahan terutama dipengaruhi oleh semangka, pisang dan nanas. Sedangkan kelompok tanaman obat didominasi oleh jahe,” katanya, belum lama ini.

Untuk nilai tukar hasil produksi pada subsektor ta­naman pangan, secara mandiri masih belum mampu mengimbangi tingginya tingkat harga kebutuhan kon­sumsi dan biaya produksi. Hal ini terlihat dari indeks harga yang diterima petani 106,18 yang lebih rendah dibandingkan indeks harga yang dibayar petani 107,08.

“Pada Desember 2020, subsektor tanaman pangan mengalami peningkatan nilai tukar 0,39 persen karena itu meningkat 0,63 persen lebih tinggi dari kenaikan Ib 0,22 persen. Peningkatan itu terjadi terutama dari kelompok padi yang mengalami kenaikan 0,77 persen,” terangnya.

Sedangkan untuk tanaman perkebunan rakyat mer­upakan subsektor andalan di Kalteng. Subsektor ini mengalami peningkatan nilai tukar 3,23 persen yang didominasi dari peningkatan It (3,49 persen) khususnya komoditas karet dan kelapa sawit. Sementara Ib juga mengalami peningkatan 0,25 persen yang dipengaruhi oleh meningkatnya ineks kelompok KRT 0,31 persen.

Sementara subsektor peternakan mengalami penurunan nilai tukar 0,06 persen dari 105,31 (Novem­ber 2020) menjadi 105,25 (Desember 2020). Penurunan ini sebagai dampak dari kenaikan It (0,14 persen) yang lebih kecil dari kenaikan Ib (0,20 persen). Peningkatan indeks harga hasil produksi terjadi pada kelompok ternak kecil (babi dan kambing) 1,36 persen, kelompok hasil ternak telur ayam ras 1,22 persen serta kelompok ternak besar sapi potong dan kerbau 0,62 persen.

Eko menambahkan, untuk subsektor perikanan mengalami penurunan nilai tukar 0,19 persen, yang disebabkan oleh kenaikan It (0,10 persen) lebih rendah dibanding kenaikan Ib (0,28 persen). Dalam NTP perikanan, Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami penurunan 0,49 persen.

Sedangkan NTP Pembudidaya Ikan (NTPi) mening­kat 1,10 persen. Penurunan NTN didominasi dari turun­nya indeks harga hasil produksi penangkapan perairan umum yang menurun 1,85 persen khususnya komoditas ikan baung, lais, gabus/haruan dan toman. (aza)

Related Articles

Back to top button