Kembangan Sistem Hidroponik Rakit Apung
PALANGKA RAYA, Kalteng.co — Kalangan DPRD Kalteng mendorong masyarakat untuk mengembangkan pertanian dengan sistem Hidroponik rakit apung, sebagai salah satu sarana dalam mendukung ketahanan pangan keluarga.
Hal ini disampaikan Anggota Komisi II DPRD Kalteng yang menbidangi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (SDA), Jainudin Karim, saat dikonfirmasi Kalteng.co via Whatsapp, Jumat (23/6/2023).
Menurutnya, pengembangan pertanian dalam mendukung ketahanan pangan keluarga perlu dilakukan. Dimana selain memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal tersebut juga antisipasi apabila terjadi inflasi kebutuhan pokok di pasaran.
“Saya termasuk salah satu yang mengembangkan pertanian dengam sistem Hidroponik rakit apung semenjak Pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Karena selain dituntut untuk bekerja dari rumah atau Work For Home (WFH) yang menuntut kita, untuk bisa bekerja dari rumah dan melakukan segala aktivitas dari rumah, secara produktif. Nah, saat itu lah, saya pun mencoba, untuk menyalurkan hobi, serta mengembangkan kegemaran saya bercocok tanam,” Ucapnya.
Wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) II meliputi Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dan Seruyan ini juga mengatakan varietas tanaman dapat dikembangkan melalui sistem Hidroponik rakit apung diantaranya Salada, Sawi, Pakcoy, Seledri dan semua varietas organik.
“Memang, untuk biaya pembuatan dan pengolahan media hidroponik ini terbilang cukup mahal, yakni untuk biaya diperlukan, untuk membuat 1 rak hidroponik rakit apung, berkisar Rp. 1,5 juta. Namun, jika itu diseriusi, maka akan cukup menjanjikan,” ujarnya.
Upaya pengembangan tersebut, dalam skala kecil menengah sekitar 12 rak rakit apung. Yang mana, ada sekitar 500 titik lubang net pot tanam, pada masing-masing raknya. Sehingga, total untuk 12 rak tersebut, jumlah pot tanamnya berkisar 6.000 hingga 7.000 buah yang sudah dibudidayakan.
“Usaha hidrponik ini juga bisa dikembangkan, untuk skala rumah tangga, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Apalagi manfaat pengembangan cocok tanam dengan sistem Hidroponik rakit apung, juga bisa mendorong ketahanan pangan secara mandiri, terutama untuk konsumsi rumah tangga,” tandasnya.
“Bayangkan saja, jika satu kali panen, untuk 6.000 sampai 7.000 net pot sawi atau pakcoy, dengan harga yang sekarang relatif mahal, tapi kita jual dengan harga produsen, yakni untuk pakcoy, harga jualnya, berkisar antara Rp. 14.000 sampai 15.000 sampai konsumen. Hingga saat ini, kami sudah menyalurkan sekitar Rp. 5.000 untuk ikatnya. Dengan harga tersebut, itu akan sangat menguntungkan masyarakat,” pungkas politisi dari Fraksi Partai Gerindra ini.(ina)