Berita

Perekonomian Daerah Lebih Tahan Pandemi

JAKARTA–Perekonomian daerah berperan penting dalam pemulihan ekonomi nasional (PEN). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa bank pembangunan daerah (BPD) mampu menjaga pertumbuhan kredit di tengah persebaran SARS-CoV-2. Jika tren itu terjaga, perekonomian nasional akan pulih lebih cepat.

Hingga Oktober, kredit BPD masih bisa tumbuh 4,99 persen year-on-year (yoy). Sementara itu, secara year-to-date kredit BPD naik sekitar 3,29 persen. Angka tersebut berbanding terbalik dengan kinerja kredit perbankan nasional yang minus 0,47 persen.

”Dari angka-angka yang ada, BPD ternyata lebih resilience (tahan, Red) dalam menghadapi pandemi Covid-19,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso kemarin (9/12).

Dia lantas menyebutkan bahwa kontribusi pembiayaan perbankan untuk kredit modal kerja di Solo, Jawa Tengah, tumbuh sebesar 6,52 yoy. Sementara itu, kredit usaha mikro tumbuh sebesar 16,4 persen (yoy) dan kredit usaha kecil tumbuh sebesar 20,23 persen (yoy).

Menurut Wimboh, kondisi itu juga selaras dengan persebaran Covid-19 yang cenderung lebih terkendali di daerah jika dibandingkan dengan kondisi di ibu kota dan kota-kota besar lainnya. Misalnya, di DKI Jakarta. Karena itulah, aktivitas perekonomian daerah berjalan lebih baik ketimbang pusat.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Lebih lanjut, Wimboh menyatakan bahwa BPD bisa berperan sebagai katalisator untuk perekonomian daerah. Jika pembangunan desa bisa menggerakkan roda pemulihan ekonomi, pemulihan ekonomi nasional akan lebih inklusif. Sebab, perekonomian daerah lebih mampu bertahan, kuat, dan mengakar. Namun, secara skala, perekonomian rakyat kecil memang lebih lambat untuk menggerakkan roda pemulihan.

Dari sisi likuiditas, menurut Wimboh, tidak ada masalah terkait dengan performa BPD. Sebab, kelompok bank tersebut dipercaya pemerintah daerah (pemda) untuk mengelola keuangan. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) BPD juga masih terjaga pada level 3,09 persen.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Media Wahyudi Askar menilai, banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sistem work from home (WFH) memicu masyarakat untuk pulang kampung sehingga terjadi perlambatan ekonomi di daerah urban atau perkotaan.

”Saya melihat tren masyarakat di desa yang agak unik. Orang memahami Covid-19 itu hanya di kota. Sehingga di desa atau kampung-kampung, orang-orang masih beraktivitas seperti biasa. Artinya, ekonomi di daerah masih besar,” tandasnya kepada Jawa Pos. (han/c12/hep)

Related Articles

Back to top button