BeritaKESEHATANLife StyleMETROPOLIS

Waspada Bell’s Palsy! Kenali Penyebab, Faktor Risiko Gaya Hidup, dan Cara Mengobatinya

KALTENG.CO-Gaya hidup modern yang serba cepat seringkali mendorong banyak orang mengorbankan waktu istirahat demi menyelesaikan pekerjaan atau sekadar berselancar di media sosial hingga larut malam.

Kebiasaan begadang, stres yang tidak dikelola dengan baik, dan kurangnya perhatian terhadap kesehatan tubuh pun menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal, pola hidup yang tidak sehat ini adalah pintu gerbang yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuka pintu bagi berbagai penyakit, termasuk kondisi neurologis yang bisa menyerang tanpa peringatan.

Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah Bell’s Palsy, kelumpuhan wajah mendadak yang dapat mengubah penampilan seseorang dalam hitungan jam.

Apa Itu Bell’s Palsy? Kondisi yang Membuat Wajah “Turun” Sebelah

Bell’s palsy adalah kondisi medis yang menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan otot pada satu sisi wajah secara tiba-tiba akibat peradangan atau pembengkakan pada saraf wajah (saraf kranial ketujuh).

Kondisi ini membuat penderita kesulitan menggerakkan otot-otot di sisi wajah yang terkena, sehingga wajah terlihat tidak simetris atau “turun” sebelah. Penderita akan sulit tersenyum, mengedipkan mata, atau bahkan menutup kelopak mata dengan sempurna.

Meskipun terlihat menakutkan, Bell’s palsy umumnya bersifat sementara dan sebagian besar penderita dapat pulih kembali dengan perawatan yang tepat. Namun, dampak psikologis dari perubahan penampilan mendadak ini bisa sangat memengaruhi kepercayaan diri dan kualitas hidup seseorang.

Bell’s Palsy Bukan Penyakit Langka: Data dan Angka Kejadian

Bell’s palsy merupakan kondisi yang relatif umum terjadi di masyarakat. Dilansir dari Cleveland Clinic, sekitar 15 hingga 30 orang dari setiap 100.000 populasi mengalami Bell’s palsy setiap tahunnya.

Data juga menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 60 orang akan mengalami kondisi ini setidaknya sekali dalam hidup mereka. Angka-angka ini membuktikan bahwa Bell’s palsy bukanlah penyakit langka dan berpotensi menyerang siapa saja tanpa memandang usia atau jenis kelamin.

Gejala Bell’s palsy biasanya muncul dengan sangat cepat, bahkan bisa berkembang dalam waktu semalam sehingga penderita terbangun dengan wajah yang tiba-tiba terlihat berbeda.

Kenali Gejala Bell’s Palsy: Tanda-Tanda yang Perlu Diperhatikan

Tanda paling mencolok dari Bell’s palsy adalah:

  • Ketidakmampuan menggerakkan satu sisi wajah, membuat penderita kesulitan tersenyum, mengedipkan mata, atau menutup kelopak mata.
  • Wajah terlihat terkulai atau “melorot” sebelah.
  • Air liur menetes tanpa disadari.
  • Kesulitan makan dan minum karena makanan atau cairan bisa keluar dari sudut mulut.
  • Perubahan dalam kemampuan mengecap rasa.
  • Rasa nyeri atau tidak nyaman di sekitar telinga atau rahang pada sisi yang terkena.
  • Peningkatan sensitivitas terhadap suara (hiperakusis) di satu telinga.

Kaitan Stres, Kurang Tidur, dan Infeksi Virus Sebagai Pemicu Utama

Meskipun penyebab pasti Bell’s palsy masih menjadi misteri medis, para ahli meyakini bahwa sebagian besar kasus dipicu oleh infeksi virus yang menyebabkan peradangan pada saraf wajah. Menurut Cleveland Clinic, beberapa faktor dan virus yang diduga kuat memicu kondisi ini, antara lain:

  1. Infeksi Virus: Terutama Herpes simplex 1 (penyebab cold sores), Virus varicella-zoster (penyebab cacar air dan herpes zoster), dan Virus Epstein-Barr (penyebab mononukleosis).
  2. Stres Berlebihan: Kondisi stres tinggi dan berkepanjangan.
  3. Kurang Tidur (Sleep Deprivation): Pola tidur yang buruk dan sering begadang.
  4. Kondisi Kesehatan Lain: Berbagai jenis penyakit yang melemahkan imun.
  5. Kehamilan: Terutama pada trimester ketiga atau minggu-minggu pertama setelah melahirkan.

Ketika sistem kekebalan tubuh sedang lemah akibat kurang tidur, stres, atau kondisi kesehatan lainnya, virus yang sebelumnya tidak aktif di dalam tubuh dapat kembali aktif dan menyerang saraf kranial ketujuh.

Peradangan ini menyebabkan saraf membengkak dan terjepit di dalam kanal tulang sempit yang dilewatinya, sehingga sinyal dari otak ke otot wajah terganggu, yang berujung pada kelumpuhan.

Pentingnya Penanganan Cepat: 5 Metode Perawatan Bell’s Palsy

Penanganan Bell’s palsy harus dimulai sesegera mungkin untuk memaksimalkan peluang pemulihan dan mencegah komplikasi jangka panjang. Waktu adalah faktor kunci (golden period) dalam pengobatan Bell’s palsy.

Dilansir dari Halodoc, berikut adalah metode-metode perawatan yang umumnya direkomendasikan oleh tenaga medis:

1. Terapi Kortikosteroid (Kunci Utama)

Obat antiinflamasi seperti prednison menjadi pilihan utama karena kemampuannya mengurangi pembengkakan dan peradangan pada saraf wajah. Pengobatan ini paling efektif jika dimulai dalam 72 jam pertama sejak gejala muncul. Penelitian menunjukkan, penggunaan kortikosteroid dapat meningkatkan peluang pemulihan sempurna secara signifikan.

2. Pengobatan Antivirus

Obat seperti asiklovir atau valasiklovir dapat diresepkan jika dokter menduga infeksi virus sebagai penyebab utama. Kombinasi obat antivirus dengan kortikosteroid seringkali memberikan hasil yang lebih baik.

3. Perawatan Mata Khusus

Ketidakmampuan menutup mata dengan sempurna adalah komplikasi serius. Dokter akan meresepkan salep mata untuk menjaga kelembapan saat tidur dan tetes mata artificial tears di siang hari. Perlindungan mata ini sangat krusial untuk mencegah mata kering, iritasi, hingga kerusakan kornea permanen.

4. Fisioterapi Wajah

Latihan fisioterapi khusus membantu mempercepat pemulihan fungsi otot wajah dan mencegah kekakuan atau kontraktur permanen. Fisioterapis akan mengajarkan serangkaian gerakan untuk melatih otot-otot yang melemah, seperti mengangkat alis, tersenyum, atau mengerucutkan bibir. Konsistensi dalam fisioterapi sangat penting untuk hasil optimal.

5. Obat Pereda Nyeri

Ibuprofen atau asetaminofen dapat membantu meredakan rasa nyeri atau ketidaknyamanan di area wajah, telinga, atau rahang yang mungkin dialami sebagian penderita.

Prognosis: Peluang Sembuh dan Pencegahan Komplikasi

Kabar baiknya, sebagian besar kasus Bell’s palsy dapat pulih sepenuhnya jika ditangani dengan cepat dan tepat, biasanya dalam rentang waktu 3 hingga 6 bulan sejak gejala pertama muncul.

Namun, jika penanganan terlambat atau pemulihan tidak berjalan optimal, sekitar 10-15% penderita mungkin mengalami kelemahan wajah permanen atau komplikasi lain seperti kontraktur otot dan synkinesis (gerakan tidak disengaja).

Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak menunda-nunda mencari pertolongan medis segera setelah Anda merasakan gejala Bell’s palsy.

Mengubah gaya hidup menjadi lebih seimbang, mengelola stres dengan baik, dan memastikan tidur yang cukup adalah langkah pencegahan yang sangat efektif untuk menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan terhindar dari kondisi ini. (*/tur)

Related Articles

Back to top button