AKHIR PEKANBeritaSAJAK

SRI PANGGUNG

SRI PANGGUNG

Sri tersenyum, ia ingin menulis masa lalu di keningnya

tentang keringat ayah yang bau wayang

dan tangan ibu yang bau bawang.

kadang ia bertanya pada pagi dan daun basah:

mengapa manusia menjadi begitu garang memburu kebahagiaan?

Sri mengambang di perjalanan.

ia tertawa geli. merasakan dunia setengah matang

tengah bergerak-gerak di dalam dirinya.

Sri lupa pada segala yang bersifat koma.

Surabaya-Jogja 2018–2022

DI TEPI SUNGAI MEKONG

cahaya dan air bicara. suara-suara langkah. laki-laki dan perempuan. berdiam panjang.

kapal-kapal berjalan pelan seperti tidur. angin. menjauh. ke mana kaki-kaki. sejarah. mesin-mesin. wajah-wajah menghilang. dan bertemu diriku. di sini sedang mencari. jauh sekali.

tak ada yang berlalu. jantung hati. menghangat di setiap tubuh. sepasang burung melintas. menggulung warna sore.

Phnom Penh-Jogja, 2019–2022

HARI INI HUJAN

aku tak ingin kamu berteduh di hatiku. karena di dalamnya terlalu banyak luka. aku ingin kamu berteduh di daun telingaku. di sana kamu dapat berlarian menyusuri tulang-tulang muda yang terasa geli jika disentuh. di sana kamu juga dapat melihat dunia yang kuimpikan. usai hujan nanti, kita akan membuat sebuah desa di bawah pelangi. desa yang berpenghuni warga yang baik. warga yang gemar memeluk dan tersenyum. selebihnya kicau burung, padi-padi, udara segar, gemericik sungai dan denging serangga. di ujung jalan desa nanti kita pasang plakat cantik warna biru langit, yang bertulis: agama dilarang masuk 😉

Jogja, 2018–2022

PEREMPUAN BERSUARA MALAM

kemarin ia masih berdiam di sampingku

dan cahaya bulan bersedih di sanggulnya yang anggun.

kami memandangi gunung, langit dan burung-burung

sambil mengingat tangisan dari dasar hati

yang terkadang datang sewenang-wenang seperti bajingan.

di suatu masa, kami membuat desah yang indah dari dini hari.

desah yang berjalan melewati segala sumpah serapah.

hingga segenggam pagi hinggap di celana dalam warna pink.

yang begitu hening.

Karanganyar, 2018–2022

ANDY SRI WAHYUDI

Seorang penulis dan performer. Lahir di Kampung Mijen, Jogjakarta, 13 Desember 1980. Meraih penghargaan sastra tahun 2020 kategori Naskah Drama ’’Bangun Pagi Bahagia”, dari Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (Dikutip dari JawaPos.com/tur)

Related Articles

Back to top button