Krisis Ducati di MotoGP Mandalika 2025: Misteri Getaran Hebat GP25 dan Finis Pecco di Urutan Buncit
KALTENG.CO-Francesco Bagnaia, sang juara dunia bertahan, sepekan lalu tampil layaknya dewa di Motegi, Jepang, dengan menyapu bersih pole position, Sprint Race, dan balapan utama.
Namun, saat roda motornya menyentuh aspal Sirkuit Mandalika di gelaran MotoGP Indonesia 2025, cerita berubah drastis menjadi sebuah drama horor.
Di sesi Sprint MotoGP Indonesia, motor Ducati GP25 andalannya mendadak “ngambek”, membuat Pecco Bagnaia hanya bisa gigit jari dan finis paling buncit. Ia seolah bertransformasi dari pembalap yang superior menjadi seorang “penumpang” tak berdaya di atas Desmosedici terbarunya.
“Saya Hanya Penumpang”: Curhat Frustrasi Bagnaia
Ironisnya, Bagnaia yang biasanya kalem terlihat sangat frustrasi di Mandalika. Ia tak mampu menempel rombongan depan, dan bahkan tertinggal hingga 29,3 detik dari pemenang balapan, Marco Bezzecchi.
“Saya tidak mengendarai motor. Saya hanya penumpang di motor saya, saya tidak bisa mengendalikan apa pun,” keluh Bagnaia kepada Crash.net usai balapan.
Masalah utamanya adalah getaran hebat (shaking) pada motor yang membuatnya kesulitan melakukan pengereman presisi dan menjaga jalur balap. Getaran itu bahkan memaksanya menutup gas di beberapa tikungan krusial.
“Empat kali saya tiba di tikungan tanpa rem. Tiga kali saya harus menutup gas karena motor goyang hebat, rasanya mustahil membalap seperti ini,” tambahnya, menggambarkan betapa berbahayanya kondisi tersebut.
Misteri di Balik Krisis GP25: Revisi Mesin Jadi Biang Keladi?
Kondisi ini benar-benar anomali. Secara teori, setup motor GP25 di Mandalika sama persis dengan yang dipakai saat Bagnaia mendominasi di Jepang. Lantas, mengapa motor yang tadinya senjata pamungkas kini berubah menjadi mimpi buruk bagi Ducati Lenovo Team?
Anehnya, masalah ini tidak hanya dialami Bagnaia. Hampir seluruh pembalap Ducati mengeluhkan motor sulit dikendalikan di sirkuit dengan karakter panas dan permukaan abrasif ini, kecuali rider muda yang tampil gemilang, Fermin Aldeguer, yang mampu bertarung di barisan depan.
Menurut laporan dari The-Race, akar masalahnya dicurigai berasal dari revisi mesin GP25. Perubahan signifikan pada crankshaft (poros engkol) telah mengubah karakter mesin, terutama pada respons motor saat memasuki tikungan. Karakter baru ini diduga sulit beradaptasi dengan kondisi spesifik Sirkuit Mandalika.
Situasi ini semakin pelik karena aturan homologasi mesin melarang Bagnaia beralih penuh ke motor lama, GP24, meskipun ia sempat merasa lebih nyaman saat menjajalnya di Misano.
Alarm Keras bagi Ducati dan Peluang Gelar Dunia
Krisis kecil di internal tim semakin memanas. Isu pengujian GP24 oleh tim satelit seperti VR46 Racing bahkan sempat menimbulkan gesekan dengan manajemen karena dianggap membuka detail teknis ke publik. Media Spanyol AS.com melaporkan, Bagnaia berusaha menahan kekecewaan dengan senyum paksa, meski finis ke-17 jelas membuatnya terpukul.
“Hari ini bagi saya sudah berakhir. Saya tertinggal 30 detik dari yang terdepan, sulit dipercaya,” ucapnya dengan wajah datar. Hasil Sprint Mandalika ini menjadi salah satu yang terburuk bagi Bagnaia di kelas utama.
Di tengah keterpurukan mayoritas rider Ducati, Marco Bezzecchi justru tampil luar biasa. Walaupun sempat mengalami start buruk, Bezzecchi berhasil menyalip Aldeguer di lap terakhir dan mengunci kemenangan dramatis, sekaligus membuktikan bahwa ia kembali kompetitif.
Bagi Ducati, masalah pada GP25 ini adalah alarm keras. Musim lalu mereka nyaris tak terkalahkan di semua lintasan, namun kini motor baru mereka justru membuat sang juara dunia tampak tak berdaya.
Jika masalah ini tidak segera diatasi, peluang Bagnaia untuk mempertahankan gelar dunia MotoGP bisa terancam serius. Rival-rival utamanya, seperti Jorge Martin dan Pedro Acosta, siap memanfaatkan kelemahan teknis yang tiba-tiba menimpa Ducati.
Kini, semua mata tertuju pada Ducati Lenovo Team. Mampukah mereka menemukan solusi cepat untuk balapan utama hari Minggu (5/10/2025) agar Pecco Bagnaia kembali bersaing, atau justru GP25 yang “ngambek” ini akan menjadi penghalang terbesar dalam upaya mempertahankan gelar juara?
Balapan utama akan menjadi penentu apakah drama di Mandalika ini hanyalah insiden sesaat, atau awal dari krisis yang lebih dalam. (*/tur)




