Air Mata ‘Buaya’ Insanul Fahmi di Podcast dr. Richard Lee: Antara Drama Mencari Simpati dan Reaksi Muak Netizen!
KALTENG.CO-Kisah rumah tangga yang melibatkan nama-nama publik selalu menjadi santapan utama warganet di media sosial.
Belakangan, sorotan tajam mengarah pada Insanul Fahmi, suami siri dari Inara Rusli. Kemunculannya sebagai bintang tamu dalam podcast yang tayang di kanal YouTube dr. Richard Lee seharusnya menjadi platform untuk mengklarifikasi atau meraih empati publik. Namun, apa yang terjadi justru sebaliknya.
Dalam episode podcast yang hampir berdurasi satu jam tersebut, Insanul Fahmi diketahui menangis sepanjang sesi, menceritakan versi kisahnya tentang kemelut rumah tangganya yang lama dengan Wardatina Mawa, dan pernikahannya yang tergesa-gesa dengan Inara Rusli. Sayangnya, air mata dan kesedihan yang ia tunjukkan gagal mendatangkan simpati dari netizen.
🎭 Main Drama Mencari Simpati? Netizen Merasa Muak
Reaksi keras dan sinis langsung membanjiri kolom komentar di media sosial dan kanal YouTube dr. Richard Lee. Mayoritas netizen tidak terharu, melainkan justru menyebut Insanul Fahmi sedang “main drama” atau ‘playing victim’ demi merebut simpati publik.
Kritik ini didasarkan pada tindakan Insanul Fahmi yang dianggap sangat tidak terpuji: menghancurkan rumah tangganya sendiri dengan Wardatina Mawa demi membangun bahtera baru bersama Inara Rusli.
Salah satu komentar netizen yang mewakili perasaan publik berbunyi pedas:
“Gua kagak sanggup nonton sampai akhir karena gua muak banget. Gua nonton setengah doank, muter-muter ini orang kalau ngomong banyakan nangisnya. Kalau mau nangis dulu, atau cerita cerita dulu. Kita bukan terharu melihat lo nangis, muak pengen ngegebuk.”
Netizen menilai tangisan tersebut sebagai upaya manipulatif, bukan ekspresi penyesalan yang tulus.
🗣️ Taktik Bicara Halus Merendahkan Istri Sah
Poin kritis lain yang disoroti netizen adalah cara Insanul Fahmi berbicara tentang mantan istrinya, Wardatina Mawa. Meskipun secara verbal ia berusaha tampak bijaksana dengan menyatakan tidak ingin membuka aib dan memuji mantan istrinya sebagai “istri salihah” dan “istri yang baik”, netizen justru menangkap sinyal terbalik.
Netizen merasa Insanul Fahmi pandai berbicara dengan merendahkan istri sahnya lewat caranya yang halus. Pernyataan berulang-ulang tentang tidak ingin membuka aib justru dianggap sebagai cara terselubung untuk menyudutkan Wardatina Mawa, seolah-olah ada aib besar yang sengaja ia sembunyikan.
Komentar lain menyoroti taktik bicara ini:
“Pintar ngomong banget ini orang… ‘Saya nggak mau buka kejelekan istri saya, pokoknya dia istri salihah, dia istri yang baik. Kalau saya ceritain, itu aib keluarga saya.’ Bacot! Itu namanya lo sudah jelek-jelekin. Itu diulang-ulang dari awal sampai tengah podcast. Playing victim, berasa sok oke lo ngomong begitu.”
🤥 Pernyataan Tak Berguna Soal Awal Perkenalan
Netizen juga menyoroti kejanggalan dalam cerita Insanul Fahmi mengenai awal perkenalannya dengan Inara Rusli. Ia mengklaim bahwa perkenalan tersebut awalnya hanya untuk kegiatan bisnis dan tidak ada niatan untuk menikahinya.
Reaksi netizen terhadap pernyataan ini cenderung sinis, karena dianggap sebagai klaim yang tidak realistis dan tidak relevan.
“Ya iya tol*, mana ada ceritanya orang pada ujungnya menikah, dari awal ketemu sudah langsung, gua nikahin nih orang. Sudah jangan kasih kendor buat istri sah penjarakan saja. Gua lihat pintar ngomong nih, pintar banget merangkai kata.”*
Pernyataan ini terasa tidak berguna karena proses perkenalan hingga pernikahan (yang menurut berita terjadi sangat singkat: kenal Juli, nikah Agustus) pada akhirnya membuktikan adanya niat dan tindakan yang melampaui batas profesionalisme bisnis.
⚖️ Kesimpulan Publik: Antara Simpati dan Hukuman
Secara keseluruhan, kemunculan Insanul Fahmi di podcast dr. Richard Lee tidak berhasil mengubah narasi negatif publik.
Tangisannya dianggap sebagai upaya dramaturgi yang transparan, sementara gaya bicaranya dinilai sebagai taktik ‘playing victim’ untuk membenarkan tindakannya menghancurkan rumah tangga lama demi yang baru.
Banyak netizen yang kini mendukung Wardatina Mawa untuk mengambil langkah hukum, menunjukkan bahwa publik lebih memilih keadilan bagi pihak yang dirugikan daripada simpati terhadap air mata Insanul Fahmi. (*/tur)




