Benarkah Zat Aditif Penghemat BBM Efektif? Mitos atau Fakta? Ini Penjelasannya!

KALTENG.CO-Perkara konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada kendaraan sering menjadi pertimbangan krusial bagi calon konsumen, terutama bagi mereka yang baru pertama kali memiliki mobil.
Pertanyaan seputar boros atau tidaknya konsumsi BBM menjadi bahasan sensitif, mengingat BBM merupakan salah satu biaya operasional terbesar selain perawatan kendaraan.














Meskipun ukuran boros atau tidaknya konsumsi BBM bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, banyak pemilik kendaraan, khususnya mobil, mencari cara untuk menekan pengeluaran untuk bahan bakar.


Salah satu cara yang populer adalah dengan menambahkan zat aditif penghemat BBM berupa cairan yang dicampurkan secara manual saat mengisi bensin atau solar.
Lantas, muncul pertanyaan mendasar: apakah benar cara tersebut efektif? Manjurkah zat aditif penghemat BBM dalam menekan konsumsi bahan bakar? Atau jangan-jangan, ini hanyalah mitos belaka?



Fakta Mengejutkan: Zat Aditif Penghemat BBM Tidak Terbukti Efektif Secara Ilmiah
Melansir dari Otospector, sebuah sumber terpercaya di dunia otomotif, meskipun terdengar menggiurkan dengan janji penghematan, alat atau zat aditif penghemat BBM tidak pernah benar-benar terbukti secara ilmiah mampu menekan konsumsi bahan bakar. Bahkan, ironisnya, beberapa produk justru berpotensi membahayakan sistem bahan bakar atau kelistrikan mobil Anda.
Bahaya Tersembunyi Zat Aditif Penghemat BBM:
- Mengikis Komponen Penting: Zat aditif penghemat bahan bakar yang mengandung aseton justru dapat memberikan efek negatif yang merugikan. Aseton dapat mengikis lapisan dalam tangki bahan bakar dan komponen mesin lainnya. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan kebocoran, kerusakan, atau korosi pada bagian-bagian vital mesin.
- Menurunkan Performa Mesin: Penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin yang direkomendasikan oleh pabrikan dapat mengakibatkan mesin tidak bekerja secara optimal. Alih-alih menghemat, hal ini justru dapat menurunkan performa dan efisiensi bahan bakar, bahkan berpotensi memperpendek umur mesin dan meningkatkan biaya perawatan di masa depan.
Waspadai Penghemat BBM Berbentuk Perangkat Keras:
Selain berbentuk cairan atau kapsul yang dicampurkan langsung ke dalam tangki BBM, terdapat juga produk penghemat BBM yang berbentuk perangkat keras. Alat-alat ini biasanya terdiri dari kumpulan kapasitor atau komponen penyimpan muatan arus listrik yang dipasang pada sistem kelistrikan mobil.
Sama halnya dengan zat aditif cair, efektivitas perangkat keras penghemat BBM juga tidak terbukti secara ilmiah. Lebih jauh lagi, alat-alat ini berpotensi menimbulkan bahaya.
Kumpulan kapasitor atau komponen penyimpan muatan arus listrik dapat menjadi panas dan bahkan meledak jika terjadi hubungan arus pendek atau korsleting pada sistem kelistrikan mobil.
Kondisi ini tentu sangat berbahaya karena dapat merusak sistem kelistrikan mobil secara keseluruhan dan bahkan memicu kebakaran.
Kesimpulannya sangat jelas: tidak ada alat atau zat tambahan (aditif) yang benar-benar terbukti secara efektif mampu menekan konsumsi BBM kendaraan secara signifikan dan aman.
Pada dasarnya, angka konsumsi BBM sebuah kendaraan sudah diperhitungkan secara matang oleh pabrikan saat mereka merancang dan membuat mesin kendaraan tersebut.
Upaya penghematan BBM yang paling efektif justru terletak pada perawatan kendaraan yang rutin dan benar, gaya mengemudi yang efisien, serta pemilihan bahan bakar yang sesuai dengan spesifikasi mesin.
Mengandalkan zat aditif atau perangkat keras penghemat BBM yang tidak teruji justru berpotensi merugikan kendaraan Anda dalam jangka panjang. Jadi, bijaklah dalam memilih cara untuk menghemat pengeluaran bahan bakar! (*/tur)