Berita

Covid-19 Varian Omicron Merebak, Salah Satu Gejalanya Kelelahan Ekstrem

Omicron Bisa Menghindari Kekebalan Tubuh

Omicron yang memiliki puluhan mutasi itu memang berpeluang sangat menular. Kurang dari sepekan lalu para peneliti menyatakan masih ragu-ragu dengan kemampuan penularan varian baru tersebut.

Mereka berharap varian dengan nama ilmiah B.1.1.529 itu hanyalah sebuah anomali. Sayang, itu hanya harapan. Sebab, saat ini Omicron sudah menyebar di berbagai negara.

https://kalteng.cohttps://kalteng.co

Menteri Kesehatan Inggris Avid Javid menetapkan bahwa siapa pun yang masuk negara tersebut harus menjalani tes PCR dan mengisolasi diri sampai di nyatakan negatif. Mulai Selasa (30/11), pemakaian masker di wajibkan kembali di toko-toko dan transportasi umum.

Angola, di lain pihak, menjadi negara pertama di wilayah selatan Afrika yang menghentikan penerbangan dari Mozambik, Namibia, dan Afrika Selatan.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Para peneliti saat ini sedang berkejaran dengan waktu untuk menentukan apakah Omicron bisa menghindari ke kebalan tubuh yang di bentuk oleh vaksin. Data yang tersaji saat ini masih minim.

Sementara itu, dokter Angelique Coetzee dari Afrika Selatan menyatakan bahwa gejala yang muncul pasca tertular Omicron sangat ringan dan bisa sembuh tanpa ke rumah sakit.

Dia adalah salah seorang dokter yang mengungkap adanya varian Omicron. Selama sepuluh hari terakhir, dia mengamati 30-an pasien yang tertular Omicron.

Dia mengakui bahwa beberapa pasien mengalami gejala yang tidak biasa. Salah satunya adalah kelelahan ekstrem. Situasi itu tidak wajar untuk pasien dengan usia muda. Mayoritas pasien merupakan pria di bawah 40 tahun. Kurang dari separonya sudah di vaksin dan sisanya belum mendapatkan vaksin.

Gejala lainnya adalah sakit di persendian, tenggorokan gatal, serta batuk kering. Hanya beberapa pasien yang suhu tubuhnya naik. Itu membuatnya sulit terdeteksi jika hanya menggunakan alat pengukur suhu. Gejala yang relatif ringan tersebut tidak biasa dan tidak di temukan pada varian sebelumnya.

Coetzee menilai, keputusan menutup perbatasan untuk warga Afrika adalah hal yang tidak adil dan terlalu terburu-buru.

’’Kami tidak mengatakan bahwa tidak akan ada gejala yang parah ke depannya. Tapi yang jelas, semua pasien saat ini hanya mengalami gejala ringan,’’ ujar Coetzee. Dia bahkan yakin bahwa banyak penduduk Eropa yang sudah tertular varian tersebut.(tur)

Laman sebelumnya 1 2

Related Articles

Back to top button