Dampak Pandemi, Aktivitas Waria Meredup di Sanaman Mantikei
Menurut pengakuan waria berperawak langsing ini, pelanggannya tidak mesti dari Kota Cantik. Tak hanya para lelaki hidung belang lokal saja. Ada juga tamu yang masih ABG dan dari luar pulau yang kebetulan berada di Palangka Raya membutuhkan jasa mereka.
“Terkadang kami juga banyak melayani tamu dari anak kuliahan. Bahkan ada pengusaha dari Jakarta atau Bandung yang ada di urusan di sini lalu memanggil kami. Bayarannya pun cukup lebih besar dari pelanggan lainnya,” katanya dengan nada suara laki yang di olah menyerupai suara wanita itu ketika di bincangi.
Ia menyadari, profesi yang di jalaninya sangat tidak mengenakkan. Namun inilah yang menjadi pilihan hidup baginya saat ini.
“Saya rela dihina orang, dianggap sampah masyarakat, karena apa? Karena ini panggilan jiwa,” ungkapnya dengan menunjukan tekad pilihan hidupnya tersebut.
Di jelaskannya, dahulunya kawasan ini dapat di penuhi oleh 20 waria setiap malamnya. Namun seiringnya waktu, jumlahnya makin redup dengan berkurang sedikit demi sedikit.
“Sebagian ada yang telah menemukan pekerjaan lebih layak, ada juga yang telah meninggal dunia. Kini hanya tersisa tiga waria yang rutin mangkal,” ucapnya dengan sesekali mengibaskan rambut panjangnya.