DAS Barito Tercemar, 10 Spesies Ikan di Kalsel Mengandung Mikroplastik
KALTENG.CO-Pencemaran yang terjadi di DAS Barito sudah sangat serius. Berdasarkan hasil temuan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) berkolaborasi dengan Perkumpulan Telapak Badan Teritori Kalimantan Selatan menyebutkan, seluruh aliran sungai di DAS Barito sudah tercemar mikroplastik.
Tak hanya air sungai, tim ini juga menemukan 10 spesies ikan yang hidup di perairan DAS Barito rerata mengandung mikroplastik. Uji sampel tim ekspedisi ini dilakukan di kawasan DAS Barito di Kota Banjarmasin pada 26 Agustus hingga 1 September.
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) berkolaborasi dengan Perkumpulan Telapak Badan Teritori Kalimantan Selatan, menemukan 10 spesies ikan yang jadi konsumsi masyarakat mengandung mikroplastik.
Peneliti dari ESN Prigi Arisandi mengatakan ekspedisi di Banjarmasin itu menyusuri Sungai Kuin, Sungai Martapura, dan Sungai Barito. Ketiga sungai itu adalah daerah aliran sungai (DAS) Barito yang masuk dalam sungai nasional, hilirnya ada di Kalsel dan hulunya sampai ke Kalimantan Tengah.
”Dengan menggunakan perahu klotok, kami menyusuri sungai dengan melakukan uji kualitas air, uji mikroplastik, dan pemetaan timbulan sampah di sungai,” ujar Prigi Arisandi.
Berdasar laporan ekspedisi, 10 ikan yang diuji kadar kandungan mikroplastik yaitu Patung, Seluang, Tambubuk, Lompok, Lais, Nila, Puyau, Sisili, Hadungan, dan Sanggiringan.
Dari 10 spesies itu, ikan Lais menjadi urutan nomor satu karena mengandung mikroplastik sebanyak 135 partikel. Sedangkan yang paling sedikit ikan Saluang yaitu 18 partikel mikroplastik.
”Rata-rata kandungan mikroplastik dalam lambung ikan di DAS Barito adalah 53 partikel mikroplastik dalam satu ekor,” terang Prigi Arisandi.
Hasil uji kadar air, menurut dia, semua air sungai di DAS Barito telah tercemar mikroplastik dengan rata-rata 56 partikel mikroplastik (PM) dalam 100 liter air.
Kandungan mikroplastik terbanyak diketahui ada di lokasi Sungai Martapura tepat di depan Patung Bekantan yaitu sebanyak 125 PM/100 liter.
”Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil pemecahan dari sampah plastik seperti tas kresek, styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, popok, dan sampah plastik lainnya yang dibuang di aliran Sungai Barito, karena paparan sinar matahari dan pengaruh fisik pasang surut, sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil,” jelas Prigi.
Faktor yang mempengaruhi ekosistem sungai dari mikroplastik itu di antaranya menurut dia, kurang layanan pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk ke tempat pengumpulan sampah sementara.
Selanjutnya, minimnya kesadaran memilah sampah dan membuang sampah di tempatnya, masifnya penggunaan plastik sekali pakai, hingga tidak efektifnya regulasi pengurangan penggunaan plastik. (*/tur)