BeritaKALTENGNASIONAL

Fenomena Unik: Gelombang Panas Menerjang Indonesia, Kalteng Justru Diguyur Hujan

KALTENG.CO-Cuaca di Indonesia saat ini sedang mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Di saat sebagian besar wilayah dilanda gelombang panas yang ekstrem, Kalimantan Tengah justru mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Fenomena ini tentu menarik perhatian dan menimbulkan banyak pertanyaan.

https://kalteng.co

Gelombang Panas Menerpa Indonesia

https://kalteng.cohttps://kalteng.co

Seperti yang telah kita ketahui, beberapa waktu belakangan ini, suhu udara di banyak wilayah Indonesia mengalami peningkatan yang cukup drastis. Hal ini menyebabkan masyarakat merasakan panas yang menyengat dan berdampak pada berbagai aktivitas sehari-hari. Posisi matahari yang berada di selatan garis khatulistiwa menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan fenomena ini.

Masyarakat di sebagian wilayah Indonesia merasakan cuaca yang cukup panas. Bahkan, ada yang suhunya sampai menyentuh 37 derajat Celsius lebih. Fenomena itu disebabkan posisi matahari yang berada di selatan garis khatulistiwa.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Peneliti ahli utama BRIN Prof Edvin Aldrian menjelaskan, selama ini ada siklus di mana posisi matahari berada di utara atau selatan garis khatulistiwa. ’’Sekarang posisinya di selatan khatulistiwa,’’ kata Edvin Kamis (10/10/2024).

Akibatnya, daerah-daerah di selatan khatulistiwa merasakan panas yang lebih kuat dibandingkan biasanya. Khususnya di Pulau Jawa. Edvin mengatakan, puncak siklus matahari berada di belahan bumi bagian selatan terjadi pada 23 September lalu.

Ia menjelaskan, secara berangsur-angsur posisi matahari bergerak ke utara sehingga bagian selatan garis khatulistiwa akan kembali tidak terasa panas. Kondisi itu akan berbarengan dengan masuknya musim hujan.

’’Kan bulan yang akhirannya ber, ber, ber itu musim hujan,’’ jelasnya. Termasuk pada Oktober ini. Memasuki paro kedua Oktober, intensitas hujan diprediksi semakin meningkat.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menuturkan bahwa selain panas terik, potensi terjadinya hujan ekstrem juga perlu diwaspadai. Tercatat 12 stasiun meteorologi mendeteksi terjadinya hujan intensitas ekstrem, sangat lebat, dan lebat.


Kalimantan Tengah Justru Diguyur Hujan

Di tengah kondisi cuaca panas yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia, Kalimantan Tengah justru mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Fenomena ini tentu saja cukup kontras dengan kondisi cuaca di wilayah lainnya. Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebabnya antara lain:

  • Kondisi Topografi: Kalimantan Tengah memiliki kondisi topografi yang unik dengan banyaknya sungai dan hutan hujan tropis. Kondisi ini memungkinkan terjadinya pembentukan awan hujan secara lokal.
  • Pengaruh Angin Muson: Meskipun sebagian besar wilayah Indonesia memasuki musim kemarau, namun pengaruh angin muson di wilayah Kalimantan Tengah masih cukup kuat sehingga menyebabkan terjadinya hujan.
  • Aktivitas Vulkanik: Aktivitas vulkanik di wilayah sekitar juga dapat menjadi pemicu terjadinya hujan lokal.

Dampak dari Perbedaan Cuaca

Perbedaan cuaca yang ekstrem ini tentu saja berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Gelombang panas dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti dehidrasi, heatstroke, dan gangguan pernapasan. Sementara itu, curah hujan yang tinggi di Kalimantan Tengah dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor.

Antisipasi dan Adaptasi

Untuk menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu ini, masyarakat perlu melakukan beberapa upaya adaptasi, antara lain:

  • Menghemat Penggunaan Air: Mengingat potensi kekeringan akibat gelombang panas, penting untuk menghemat penggunaan air.
  • Menjaga Kesehatan: Hindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari, gunakan pakaian yang ringan dan berwarna cerah, serta perbanyak konsumsi air putih.
  • Waspada Bencana: Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan tanah longsor. (*/tur)

Related Articles

Back to top button