BeritaNASIONALUtama

Hati-Hati, 6 Hoaks Ini Beredar Saat Demo Marak, Jangan Sampai Terkecoh!

KALTENG.CO-Gelombang demonstrasi di berbagai wilayah Indonesia terus bergulir, menjadi cermin dari aspirasi masyarakat yang menuntut perubahan kebijakan. Namun, di tengah riuh rendahnya unjuk rasa, muncul sisi gelap yang patut diwaspadai: penyebaran hoaks di media sosial.

Informasi palsu ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga berpotensi memperkeruh suasana dan memicu ketegangan. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah merangkum beberapa hoaks yang paling sering beredar selama aksi demonstrasi. Mari kita bedah satu per satu agar kita semua tidak mudah terkecoh.


1. Hoaks Video Ketegangan di Depan Mako Brimob Kwitang

Sebuah video yang memperlihatkan mobil-mobil berjalan mundur beriringan di depan sebuah gerbang diklaim sebagai rekaman ketegangan di depan Mako Brimob Kwitang. Klaim ini menyebar luas, menciptakan narasi palsu tentang situasi genting.

Fakta sebenarnya: Peristiwa dalam video itu bukanlah di Mako Brimob Kwitang, melainkan di depan Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan. Video lama ini sengaja disebar dengan narasi yang tidak sesuai untuk membingungkan publik.

2. Hoaks Sniper Brimob di Atas Apartemen Semanggi

Sebuah video yang viral di TikTok menyebutkan adanya sniper (penembak jitu) dari Korps Brimob Polri yang ditempatkan di atas Apartemen Semanggi, Petamburan, untuk memantau aksi demonstrasi. Isu ini langsung memicu kekhawatiran dan ketakutan.

Fakta sebenarnya: Klaim ini sepenuhnya hoaks. Lurah Rian, bersama Ketua RW 10 Apartemen Semanggi, Agus, telah melakukan pengecekan langsung ke seluruh area apartemen dan tidak menemukan adanya sniper Brimob. Klarifikasi ini juga diperkuat dengan video dari pihak apartemen yang memastikan tidak ada aktivitas mencurigakan.

3. Hoaks TNI Setuju DPR RI Dibubarkan

Narasi menyesatkan di media sosial mengklaim bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) setuju untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Klaim ini menyertai video yang menampilkan kemarahan seorang perwira TNI.

Fakta sebenarnya: Video tersebut adalah rekaman lama dari tahun 2022. Video itu sebenarnya menunjukkan reaksi keras dari prajurit TNI Angkatan Darat terhadap pernyataan anggota Komisi I DPR, Effendi Simbolon, yang dianggap merendahkan wibawa TNI. Jadi, video itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan isu pembubaran DPR.

4. Hoaks 66 Stasiun Televisi Dilarang Liput Demo

Beredar luas kabar di Facebook bahwa 66 stasiun televisi dan radio dilarang meliput aksi demonstrasi yang sedang berlangsung di seluruh Indonesia.

Fakta sebenarnya: Klaim ini tidak benar. Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria, secara tegas membantah adanya larangan tersebut. Ia memastikan pemerintah tidak pernah mengeluarkan kebijakan yang melarang media massa untuk meliput demonstrasi, menjaga kebebasan pers.

5. Hoaks Fitur TikTok Dinonaktifkan oleh Komdigi

Setelah sejumlah pengguna TikTok tidak bisa mengakses fitur Live, beredar isu bahwa Kementerian Komdigi menonaktifkan fitur tersebut.

Fakta sebenarnya: Penonaktifan fitur TikTok Live dilakukan oleh pihak TikTok sendiri. Juru bicara TikTok menjelaskan bahwa langkah ini diambil sebagai respons atas meningkatnya kekerasan dalam demonstrasi. Selain menonaktifkan fitur Live, TikTok juga menghapus konten yang melanggar panduan komunitas demi menjaga keamanan nasional.

6. Hoaks Pesan Berantai Imbauan kepada Warga Tionghoa

Sebuah pesan berantai yang berisi imbauan kepada warga Tionghoa untuk membatasi aktivitas dan tidak menggelar acara meriah selama demonstrasi beredar di media sosial.

Fakta sebenarnya: Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, memastikan bahwa pesan berantai itu adalah hoaks. Ia mengimbau masyarakat, terutama warga Tionghoa, untuk tidak merasa khawatir dan tidak mudah termakan isu provokatif semacam ini.

Waspada dan Cerdas dalam Bermedia Sosial

Penyebaran hoaks selama masa demonstrasi menjadi tantangan serius bagi masyarakat. Setiap informasi yang beredar, terutama di media sosial, harus diverifikasi kebenarannya. Jangan mudah terpancing dengan narasi yang sensasional atau provokatif.

Selalu periksa sumber informasi, cari konfirmasi dari media kredibel, dan manfaatkan layanan cek fakta yang disediakan oleh berbagai lembaga. Dengan menjadi pengguna media sosial yang cerdas, kita bisa berkontribusi menjaga suasana tetap kondusif dan tidak terpecah belah oleh hoaks. (*/tur)

Related Articles

Back to top button