Ketua Presma BEM UPR Kecewa! Ketidakhadiran 2 Paslongub dalam Forum Adu Gagasan Sinyal Negatif untuk Pemilih Muda di Kalteng
PALANGKA RAYA, Kalteng.co-Ketua Presma BEM Universitas Palangka Raya (UPR) David B.Sitomorang mengaku kecewa dengan 2 Pasangan Calon (Paslon) Gubernur Kalteng yang tidak berhadir saat diudang untuk menyampaikan gagasannya di hadapan para mahasiswa di UPR, Selasa (24/9/2024).
Kedua Paslon dimaksud adalah Agustiar Sabran-Edy Pratowo dan Nadalsyah-Supian Hadi. Padahal, keduanya telah sempat menyampaikan konfirmasi untuk berhadir dalam ruang adu gagasan Paslon Gubernur Kalteng di hadapan para mahasiswa.
Berbading terbalik dengan kedua paslon yang mendapatkan nomor urut 2 dan 3 dalam Pilkada Kalteng 2024, Paslon Willy-Habib dan Razak-Sri Swanto justru dengan percaya diri tampil menyampaikan gagasannya di hadapan para mahasiswa.
Padahal, dari segi usia Paslon Gubernur Kalteng nomor urut 1 dan nomor urut 4 tersebut terbilang lebih senior daripada Agustiar Sabran-Edy Pratowo dan Nadalsyah-Supian Hadi.
“Yang juga kita sayangkan bahwa 2 Paslon yang tidak berhadir saat dialog adu gagasan dengan mahasiswa tersebut, justru seharusnya lebih berani bertemu mahasiswa, karena sama-sama masih terbilang berusia muda, tapi yang terjadi sebaliknya malah Paslon yang senior dari segi usia, justru lebih berani menyampaikan gagasannya secara langsung dihadapan mahasiswa,”celetuk salah seorang mahasiswa UPR lainnya.
Ketidakhadiran kedua paslon tersebut memunculkan sejumlah pertanyaan. Apakah mereka meremehkan suara mahasiswa? Atau mungkin ada faktor lain yang lebih mendesak?
Terlepas dari alasannya, ketidakhadiran ini tentu saja berdampak negatif terhadap citra dan popularitas kedua paslon. Mahasiswa yang merasa diabaikan cenderung akan lebih kritis dan skeptis terhadap janji-janji politik yang disampaikan.
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi para calon pemimpin untuk tidak meremehkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi pemilih yang cerdas dan kritis.
Dengan melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses politik, calon pemimpin tidak hanya mendapatkan dukungan, tetapi juga masukan berharga untuk menyusun program kerja yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. (*/tur)