Losmen Bu Broto: The Series – Konflik Antargenerasi, Cinta Tak Terduga, dan Kembalinya Kehangatan Keluarga Yogyakarta

KALTENG.CO-Kisah hangat keluarga Broto kembali menyapa penonton! Setelah sukses di layar lebar pada tahun 2021, Losmen Bu Broto kini hadir dalam format serial, membawa kita menyelami lebih dalam dinamika keluarga Pak Broto dan Bu Broto.
Serial ini tidak hanya mempertahankan esensi yang dicintai penonton, tetapi juga menghadirkan konflik yang lebih segar, relevan dengan tantangan kehidupan modern.
Losmen Bu Broto: The Series menyoroti kehidupan sehari-hari keluarga Pak Broto (Mathias Muchus) dan Bu Broto (Maudy Koesnaedi) yang mengelola sebuah losmen tradisional di Yogyakarta. Mereka ditemani oleh ketiga anak mereka: Mbak Pur (Ayushita), Jeng Sri (Febby Rastanty), dan Tarjo (Baskara Mahendra), yang masing-masing membawa warna unik dalam keluarga ini.





Ketika Anak Bungsu Jadi Biang Masalah: Cinta Tarjo yang Menggegerkan
Jika dalam film layar lebar, konflik utama terfokus pada ketegangan antara Bu Broto dengan kedua putrinya, serial ini justru memberikan sorotan utama kepada sang anak bungsu, Tarjo. Karakter Tarjo memang kerap menjadi biang masalah di rumah, dan kali ini ia membuat keluarganya geger karena jatuh cinta pada perempuan yang usianya jauh di atasnya. Perempuan itu adalah Ana (Wulan Guritno), karakter baru yang menjadi tamu di losmen mereka.
Mathias Muchus, pemeran Pak Broto, menjelaskan bahwa Tarjo adalah representasi generasi muda yang penuh semangat pemberontakan. “Tarjo itu memang selalu jadi masalah. Pembuat masalah. Karena dia wakil dari generasi sekarang yang selalu pengen berontak,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa karakter Tarjo mewakili semangat muda yang sering bertabrakan dengan nilai-nilai lama yang dipegang teguh oleh generasi sebelumnya.
Sementara itu, Maudy Koesnaedi, pemeran Bu Broto, mengungkapkan bahwa konflik kali ini terasa lebih emosional karena menyangkut anak laki-laki satu-satunya di keluarga. “Ibu tuh sebenarnya selalu menaruh harapan kepada Tarjo.
Ketika dia mengambil keputusan seperti ini, tentu saja menjadi hal yang berat. Tapi di cerita ini disampaikan bagaimana Bu Broto berusaha menerima Tarjo, dan bagaimana mencari solusinya,” sambungnya. Ini menunjukkan kedalaman emosional dan dinamika baru dalam menghadapi dilema keluarga.
Kembali ke Akar: Mengapa Format Serial Dipilih?
Keputusan untuk mengubah format dari film menjadi serial bukan tanpa alasan. Andie Boediman, produser Serial Losmen Bu Broto, menjelaskan bahwa Losmen Bu Broto aslinya adalah sinetron atau serial TVRI.
“Losmen Bu Broto aslinya itu dulu adalah sinetron, jadi berupa serial. Saat kita buat film, kita fokus ke konflik dramatik antara Bu Broto dan anak-anak. Tapi kita masih kepengen melihat dinamika keluarga secara lengkap. Jadi kita kembali ke formula awal,” kata Andie Boediman.
Meskipun berpindah format, esensi keluarga dan karakter utama tetap dipertahankan. Hanya saja, ada beberapa perubahan pemain. Maudy Ayunda yang di filmnya berperan sebagai Jeng Sri digantikan oleh Febby Rastanty, sedangkan Putri Marino sebagai Mbak Pur digantikan oleh Ayushita. “Tapi konflik dan karakterisasi tetap kita lanjutkan. Kita pengen lihat bagaimana keluarga ini bertumbuh,” tambah Andie.
Nuansa Visual yang Lebih Ringan dan Potensi Kisah Lanjutan
Perbedaan signifikan lainnya terlihat pada nuansa visual. Jika film lebih kental dengan atmosfer peranakan dan warna dramatik seperti hijau-merah dan akuamarin, maka serial ini menawarkan tone yang lebih ringan dan ngepop.
“Kita berpindah lokasi syuting. Sehingga mood dari film ini juga lebih ringan. Jadi kalau boleh saya bilang yang dulu lebih dramatik, sekarang ini kita buat lebih ngepop,” ujar Andie.
Berbeda dengan filmnya yang punya soundtrack khusus, serial ini lebih mengandalkan ambience dan scoring untuk membangun suasana. “Kalau di film, kita ada rekaman lagu khusus. Tapi kalau di serial, kita angkat lagu dari film, tanpa persiapan musik baru yang khusus,” jelasnya.
Meskipun fokus utama serial ini adalah kisah Tarjo, ada ruang yang tetap disediakan untuk eksplorasi karakter lain seperti Pur dan Sri. “Sebenarnya ini kelanjutan dari konflik sebelumnya. Tapi Sri dan Pur juga punya story menarik yang sudah kita siapkan.
Tinggal Mbak Pur yang terakhir nih yang kita pengen ceritakan lebih dalam,” bocor Andie soal potensi musim berikutnya. Ini mengindikasikan bahwa penonton mungkin akan disuguhi lebih banyak kisah dari keluarga Broto di masa mendatang.
Tontonan Keluarga yang Menghangatkan Hati
Dengan latar budaya Jawa yang kental, tema keluarga yang relevan, dan konflik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, Losmen Bu Broto: The Series berhasil menjadi tontonan yang menyentuh sekaligus menghibur. Format serial memberi ruang lebih untuk eksplorasi karakter dan interaksi yang lebih mendalam, memungkinkan penonton untuk lebih terhubung dengan setiap anggota keluarga.
Kehangatan, nilai-nilai keluarga, serta dilema antar generasi tetap menjadi benang merah kisah ini. Meski dalam balutan cerita yang lebih ringan dan modern, serial ini tetap mempertahankan kekuatan utamanya: cinta dan keteguhan dalam membangun keluarga yang utuh.
Serial garapan Arwin Wardhana ini telah tayang perdana di Netflix pada 29 Mei 2025 lalu dan terdiri dari delapan episode yang siap dinikmati secara streaming. Jangan lewatkan kesempatan untuk kembali merasakan kehangatan keluarga Broto dalam petualangan mereka yang terbaru! (*/tur)