KALTENG.CO-Tidak semua orang memiliki kenangan indah tentang masa kecil yang hangat dan penuh kasih. Bagi sebagian individu, rumah masa kecil justru menjadi saksi bisu akan kekosongan emosional, jarak antar anggota keluarga, dan dinginnya interaksi. Pengalaman pahit ini sayangnya tidak hilang begitu saja seiring bertambahnya usia.
Psikologi mengungkap bahwa kurangnya kasih sayang di masa kanak-kanak, baik berupa sentuhan fisik seperti pelukan maupun perhatian dan empati secara emosional, seringkali meninggalkan jejak mendalam.
Individu yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang kemudian termanifestasi dalam pola perilaku tertentu di kemudian hari.
Penting untuk dipahami bahwa perilaku ini bukanlah indikasi bahwa mereka “bermasalah”. Sebaliknya, ini adalah strategi bertahan hidup yang mereka pelajari sejak dini dalam menghadapi dunia yang terasa tidak aman secara emosional.
Dilansir dari Small Biz Technology pada Senin (14/4/2025), berikut adalah 7 perilaku umum yang sering muncul pada orang-orang yang tumbuh tanpa mendapatkan cukup kasih sayang:
1. Sulit Membangun Kepercayaan: Trauma Kehilangan Kepercayaan Sejak Dini
Kebutuhan dasar akan rasa aman dan dilindungi tidak terpenuhi di masa kecil menanamkan ketidakpercayaan yang mendalam terhadap orang lain. Mereka mungkin curiga terhadap motif orang lain, takut dikecewakan, dan berjuang untuk membuka diri dalam hubungan intim. Pengalaman masa lalu mengajarkan mereka bahwa orang lain tidak dapat diandalkan.
2. Kesulitan Mengelola Emosi: Dampak Kekosongan Emosional pada Regulasi Diri
Kasih sayang dan respons empatik dari pengasuh berperan penting dalam mengajarkan anak-anak mengenali dan mengelola emosi mereka. Tanpa bimbingan emosional yang memadai, individu yang tumbuh dalam lingkungan dingin mungkin kesulitan mengidentifikasi perasaan, bereaksi berlebihan terhadap stres, atau justru menekan emosi mereka sepenuhnya.
3. Kebutuhan Validasi Eksternal yang Berlebihan: Mencari Pengakuan yang Hilang
Karena kebutuhan emosional mereka tidak terpenuhi di masa kecil, mereka seringkali mencari validasi dari luar secara terus-menerus. Mereka mungkin sangat bergantung pada persetujuan orang lain untuk merasa berharga dan aman. Ketakutan akan penolakan bisa sangat kuat, mendorong mereka untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain.
4. Ketakutan Akan Keintiman: Benteng Diri dari Luka Emosional
Keintiman emosional membutuhkan kerentanan dan kepercayaan. Bagi seseorang yang tumbuh tanpa kasih sayang, membuka diri dan menjadi rentan terasa sangat berisiko. Mereka mungkin takut ditolak, diabaikan, atau disakiti seperti pengalaman di masa lalu. Akibatnya, mereka mungkin menjaga jarak dalam hubungan atau menghindari komitmen.
5. Harga Diri Rendah: Merasa Tidak Layak Dicintai
Kasih sayang dan penerimaan tanpa syarat dari pengasuh adalah fondasi bagi harga diri yang sehat. Kurangnya kasih sayang dapat menanamkan keyakinan bahwa mereka tidak berharga atau tidak layak dicintai. Perasaan ini dapat berlanjut hingga dewasa, memicu keraguan diri dan kecenderungan untuk meremehkan diri sendiri.
6. Pola Hubungan yang Tidak Sehat: Mengulang Siklus yang Familiar
Pengalaman masa kecil membentuk cetak biru tentang bagaimana hubungan seharusnya berjalan. Individu yang tumbuh tanpa kasih sayang mungkin tidak memiliki contoh hubungan yang sehat. Mereka mungkin tanpa sadar mengulang pola hubungan yang tidak sehat dari masa lalu, seperti menarik diri secara emosional atau bersikap terlalu bergantung.
7. Kesulitan Memberikan dan Menerima Kasih Sayang: Hambatan Emosional dalam Berinteraksi
Memberikan dan menerima kasih sayang adalah keterampilan yang dipelajari. Jika seseorang tidak pernah merasakannya di masa kecil, mereka mungkin merasa canggung, tidak nyaman, atau bahkan takut untuk memberikan atau menerima kehangatan emosional dan fisik.
Mereka mungkin tidak tahu bagaimana mengekspresikan cinta atau merasa curiga saat menerima kebaikan.
Penting untuk diingat: Tidak semua orang yang tumbuh dalam lingkungan tanpa kasih sayang akan menunjukkan semua perilaku ini, dan tingkat keparahannya pun bervariasi. Namun, pemahaman akan pola-pola ini dapat menjadi langkah awal menuju kesadaran diri dan penyembuhan.
Dengan dukungan yang tepat, seperti terapi dan hubungan yang suportif, individu ini dapat belajar mengatasi luka masa lalu dan membangun hubungan yang lebih sehat dan memuaskan di masa depan. (*/tur)