BeritaFAMILYKESEHATANMETROPOLIS

Mitos vs Fakta: Benarkah Es dan Ciki Menyebabkan Tonsilitis (Radang Amandel)?

KALTENG.CO-Bayangkan skenario ini: Setelah menikmati segelas es dingin dan camilan pedas favorit di tengah hari yang terik, beberapa jam kemudian, tenggorokanmu mulai terasa gatal dan perih.

Rasa sakit ini perlahan berubah menjadi nyeri menusuk yang membuatmu kesulitan menelan air liur sendiri.

Saat kamu mencoba bercermin, bagian belakang tenggorokan tampak merah, bengkak, bahkan muncul benjolan di area amandel. Awalnya kamu mungkin mengira ini hanya sakit tenggorokan biasa. Namun, ketika hari-hari berikutnya diikuti demam, suara serak, dan rasa sakit menelan yang tak tertahankan, kekhawatiranmu memuncak dan kamu memutuskan untuk segera mencari pertolongan medis.

Kondisi ini sering kali merupakan tanda dari Tonsilitis, yaitu peradangan akut yang terjadi pada amandel. Amandel (tonsil) sendiri adalah kumpulan jaringan limfoid di belakang tenggorokan yang bertugas penting sebagai garda terdepan, menyaring kuman yang masuk melalui hidung dan mulut.

Peradangan terjadi ketika pertahanan ini kewalahan akibat infeksi virus atau bakteri, kebiasaan hidup yang kurang higienis, atau sistem kekebalan tubuh yang sedang menurun.


🦠 Mengupas Tuntas Penyebab Utama Tonsilitis

Banyak orang percaya radang amandel disebabkan langsung oleh makanan dingin atau pedas. Namun, penyebab sebenarnya dari tonsilitis adalah agen infeksius, baik virus maupun bakteri.

1. Infeksi Virus (Paling Umum)

Dilansir dari Cleveland Clinic, sebagian besar kasus radang amandel disebabkan oleh infeksi virus. Jenis virus yang menyebabkan flu dan pilek pada umumnya sering menjadi pemicu tonsilitis.

  • Gejala: Radang amandel akibat virus cenderung menunjukkan gejala yang lebih ringan dan sering kali sembuh dengan sendirinya.

2. Infeksi Bakteri (Lebih Berat)

Selain virus, infeksi bakteri juga dapat menyebabkan tonsilitis. Salah satu bakteri paling terkenal adalah Streptococcus grup A, yang menyebabkan kondisi yang disebut “strep throat”.

  • Gejala: Radang amandel yang disebabkan oleh bakteri biasanya menimbulkan keluhan yang lebih berat dan memerlukan penanganan khusus (misalnya, antibiotik). Infeksi ini tetap bisa terjadi meskipun seseorang sudah menjalani operasi pengangkatan amandel (tonsilektomi).

Jalur Penularan Kuman

Virus dan bakteri penyebab tonsilitis sangat mudah menyebar. Penularan dapat terjadi melalui:

  • Kontak Langsung: Berbagi alat makan/minum, berciuman, atau kontak dekat dengan orang yang sakit.
  • Droplet: Percikan kecil dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi terhirup oleh orang di sekitar.
  • Permukaan Terkontaminasi: Menyentuh permukaan yang mengandung kuman lalu menyentuh hidung atau mulut tanpa mencuci tangan.

Siapa yang Paling Rentan?

Beberapa faktor membuat seseorang lebih mudah terserang tonsilitis:

  • Usia: Anak-anak usia 5–15 tahun adalah kelompok paling sering terkena, karena sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang.
  • Lingkungan Padat: Orang yang bekerja atau bersekolah di lingkungan banyak orang (guru, siswa) memiliki risiko lebih tinggi karena lebih sering terpapar sumber penularan.

❓ Mitos vs. Fakta: Es dan Ciki Pemicu Radang Amandel

Ada stigma yang beredar bahwa es dan ciki (makanan ringan pedas) dapat menyebabkan radang amandel kambuh. Faktanya: Makanan atau minuman itu sendiri tidak secara langsung menyebabkan tonsilitis, karena penyebab utamanya adalah virus dan bakteri.

Namun, jika amandel sudah meradang, mengonsumsi makanan yang sangat pedas atau dingin dapat memperburuk iritasi dan meningkatkan rasa nyeri. Selain itu, berbagi alat makan es atau camilan dengan orang yang terinfeksi justru menjadi media penularan kuman penyebab tonsilitis.


🚨 Gejala Klasik Radang Amandel yang Harus Diwaspadai

Gejala tonsilitis biasanya muncul secara tiba-tiba dan dapat bervariasi dari ringan hingga berat.

Tanda-tanda Utama

  1. Sakit Tenggorokan Mendadak: Rasa perih atau mengganjal yang menjadi tanda pertama.
  2. Sulit Menelan (Disfagia): Menelan terasa sangat menyakitkan, bahkan saat menelan air liur.
  3. Amandel Membengkak dan Merah: Amandel terlihat membesar, memerah, dan terkadang disertai bercak putih, kuning, atau keabu-abuan (disebut eksudat).
  4. Demam: Suhu tubuh bisa mencapai di atas 38∘C.
  5. Kelenjar Getah Bening Membengkak: Kelenjar di leher, terutama di bawah telinga, terasa nyeri saat disentuh.
  6. Perubahan Suara: Suara menjadi serak, berat, atau terdengar tertahan.

Gejala Tambahan (Terutama pada Anak)

Menurut Mayo Clinic, keluhan tambahan yang sering dialami, terutama pada anak-anak, meliputi:

  • Bau mulut
  • Batuk dan sakit kepala
  • Nyeri leher
  • Sakit perut atau mual

Pada anak yang belum bisa bicara, tonsilitis dapat ditandai dengan penolakan makan atau minum, rewel tanpa sebab jelas, atau mengeluarkan air liur lebih banyak karena menelan terasa menyakitkan.


🛡️ Pencegahan dan Kapan Harus ke Dokter

Tonsilitis, meski sering dianggap sepele, membutuhkan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi serius.

Langkah Pencegahan Efektif

  • Cuci Tangan Rutin: Lakukan secara teratur, terutama sebelum makan dan setelah beraktivitas.
  • Hindari Berbagi: Jangan berbagi alat makan, minum, atau handuk dengan orang lain.
  • Etika Batuk/Bersin: Selalu tutup mulut dan hidung dengan siku atau tisu saat batuk atau bersin, lalu buang tisu segera.
  • Jaga Kebersihan: Ganti sikat gigi setelah sembuh dari tonsilitis untuk menghindari reinfeksi.

Cari Bantuan Medis Segera Jika:

Penting untuk waspada. Segera periksakan diri ke dokter jika kamu atau anggota keluarga mengalami:

  • Sakit tenggorokan disertai demam yang tidak membaik dalam 24–48 jam.
  • Rasa nyeri atau kesulitan menelan yang hebat.
  • Kelelahan ekstrem atau tampak sangat lemas.

Dapatkan pertolongan medis darurat jika muncul tanda-tanda berikut:

  • Kesulitan bernapas yang signifikan.
  • Kesulitan menelan yang ekstrem.
  • Mengeluarkan banyak air liur karena tidak mampu menelan.

Kesimpulan: Tonsilitis memang umum, tetapi kombinasi demam tinggi dan nyeri menelan yang hebat adalah sinyal bahaya yang tidak boleh diabaikan.

Mengenali penyebab, gejala, dan kapan harus mencari bantuan profesional adalah kunci untuk memastikan pemulihan cepat dan mencegah infeksi yang lebih parah. Jaga kebersihan diri, perkuat imun, dan jangan ragu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika gejala mencurigakan muncul. (*/tur)

Related Articles

Back to top button