BeritaNASIONALOPINI

Muhammadiyah Memajukan Indonesia

Oleh ABDUL MU’TI*

Memajukan Indonesia juga mengandung penegasan politik Muhammadiyah sebagai bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Secara teologis, Muhammadiyah mengakui Indonesia sebagai bangsa dan negara. Muhammadiyah tidak hendak memisahkan diri dari Indonesia. Secara historis, Muhammadiyah sudah menggunakan kata ”Indonesia” sebelum Sumpah Pemuda dan kemerdekaan Indonesia.

Tahun 1924, majalah Suara Muhammadiyah mulai memperkenalkan edisi dalam bahasa Indonesia. Sejak 1928, Suara Muhammadiyah resmi menggunakan bahasa Indonesia. Dalam kongres (sekarang muktamar) juga mulai dipergunakan bahasa Indonesia karena anggota Muhammadiyah yang berasal dari latar belakang suku dan bahasa yang berbeda-beda.

Muhammadiyah memiliki tugas dan tanggung jawab untuk merawat dan mempertahankan Indonesia. Bahkan untuk itu, dalam Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Muhammadiyah menegaskan negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah.

Muhammadiyah menyatakan komitmen Pancasila sebagai dasar negara dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena tanggung jawab sejarah dan kebangsaan itulah Muhammadiyah sering kali menyampaikan kritik, baik secara terbuka melalui media maupun disampaikan langsung kepada pihak yang berwenang.

Komitmen Keindonesiaan

Memajukan Indonesia mengandung pesan penting komitmen Muhammadiyah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa di antara tujuan negara adalah ”memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta mewujudkan perdamaian dunia…” Jauh sebelum UUD 1945 disusun, Muhammadiyah sudah menggunakan kata ”kemajuan” dalam statuten yang terbit 1914.

Muhammadiyah menggunakan kata kemajuan dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan beragama Islam. Islam Berkemajuan dipertegas dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah abad kedua sebagai keputusan Muktamar Ke-46 Muhammadiyah di Jogjakarta (2010).

Pada level tertentu, komitmen memajukan Indonesia dipengaruhi pandangan subjektif Muhammadiyah bahwa Indonesia saat ini sedang ”tidak baik-baik saja”. Terdapat masalah konstitusi, hukum, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, keagamaan, dan sebagainya. Tanwir Muhammadiyah di Lampung (2009) melahirkan dokumen Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa. Muhammadiyah memandang bahwa karakter bangsa Indonesia yang positif mulai memudar.

Bangsa Indonesia mulai kehilangan jati diri. Mentalitas suka menerabas, meremehkan mutu, dan mistis sebagaimana ditulis Mochtar Lubis dan Koentjaraningrat sangat berpengaruh dalam diri masyarakat, bahkan pemimpin bangsa. Akibatnya, korupsi merajalela, neofeodalisme tumbuh kembali, dan agama tidak berdaya di tengah dekadensi moral yang makin mengkhawatirkan.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button