Dinding bagian dalam terpampang banyak papan informasi soal berbagai penyakit, informasi pelayanan, dan papan tindak lanjut untuk menjaring kritik dari pasien.
Penulis pun tertarik untuk menengok ruang laboratorium. Di situ ada tempat penyimpan vaksin. Menurut mereka dinginnya sudah tidak maksimal, sehingga sampai saat ini tidak bisa memberi layanan imunisasi. “Ada penyimpanan vaksin, tetapi tidak terlalu dingin. Kami ikut imunisasi di darat (seberang Sungai Rakumpit, red),” tutur dokter yang berulang tahun tiap bulan Maret itu.
Sejatinya puskesmas itu menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang jauh dari kota. Namun, sampai saat ini kondisi dan kemampuan puskesmas masih timpang. Ketimpangan sumber daya manusia, akses informasi, infrastruktur, serta sarana dan prasarana. Sangat memengaruhi kinerja puskesmas dalam melaksanakan upaya menyehatkan masyarakat.
Obat-obatan sering terlambat datang. Pelayanan kesehatan tertunda menjadi riak-riak dalam memberikan pelayanan kepada warga. Fasilitas masih minim dan obat-obatan yang datang tidak sesuai permintaan, benar-benar membuat tenaga medis tidak bisa berbuat banyak.
“Sarana dan prasarana hanya bisa untuk penanganan pertama. Untuk lanjutan, belum ada. Kalau obat telat, sarana kurang, meski tenaga medis ada, ya tetap tidak bisa memberikan pelayanan secara penuh,” jelas dokter yang merupakan penanggung jawab poli umum tersebut.