Kedepan Pembangunan Nasional kita menghadapi berbagai tantangan yang berat; Di tengah pandemi yang sudah semakin terkendali, dunia kembali dihadapkan pada peningkatan risiko lainnya yang berpotensi menahan keberlanjutan pemulihan perekonomian global dan nasional; lonjakan harga komoditas strategis, kerentanan pangan, kerentanan energi dan peningkatan inflasi global, serta ancaman stagflasi.
Ancaman tersebut akan berdampak besar bagi perekonomian nasional kita, khususnya dari sisi Fiskal dan Moneter, yang akan mempengaruhi investasi, daya beli masyarakat, kemampuan keuangan negara, dan pemulihan ekonomi nasional.
Selain menghadapi tantangan global, pembangunan nasional kita juga dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam negeri, khususnya pemulihan ekonomi nasional, penyelesaian sejumlah agenda pembangunan yang tertunda, serta berbagai permasalahan struktural dalam Pembangunan.
Saat ini, Kita lepas dari lower middle-income country masuk menjadi upper middle-income country. Kita perlu terus melakukan perubahan struktural, menciptakan tenaga kerja terampil, inovasi teknologi yang ramah lingkungan dan efisien, serta iklim usaha yang kondusif. Dengan jalan ini kita patut optimis menuju High Income Country.
Dalam menuju High Income Country, maka postur kemakmuran ekonomi harus berubah, kemakmuran ekonomi dirasakan oleh segenap rakyat di seluruh tanah air. Meskipun ketimpangan ekonomi, atau gini rasio kita menunjukkan kecenderungan menurun, namun piramida ekonomi kita menunjukkan kesenjangan.
Tren urbanisasi yang makin berkembang ke depan harus kita mitigasi sejak dini. Kita terus mengalami degradasi tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun. Alih fungsi lahan pertanian, dan produktivitas tanaman pangan rakyat tidak cukup berkembang untuk menopang kemandirian pangan. Resiko kita mengalami defisit pangan akan jauh lebih besar.
Suplai pangan yang sebagian bertumpu pada impor membawa kerentanan yang serius. Risiko atas pasokan yang berakibat pada kelangkaan stok dan kenaikan harga, serta risiko gejolak kurs mewajibkan kita membayar lebih mahal. Supply stock pangan dan energi dunia akibat konflik geopolitik global harus menjadi pelajaran serius kita dalam meningkatkan kemandirian pangan dan ketahanan energy nasional.
Perlahan kita harus mulai mengurangi kecanduan ekspor komoditas. Kita perlu memperkuat kebijakan investasi yang diarahkan pada menguatnya industri nasional dalam mengelola nilai tambah komoditas ekspor.