KALTENG.CO-Kabar gembira bagi dunia pertanian Indonesia! Dualisme kepemimpinan yang telah lama melanda Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) akhirnya resmi berakhir.
Melalui Musyawarah Nasional (Munas) ke-10 HKTI yang digelar di Jakarta, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan),Sudaryono, terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum HKTI periode 2025–2030.
Terpilihnya Sudaryono menjadi tonggak sejarah yang mengakhiri perseteruan dualisme HKTI yang telah berlangsung selama satu dekade. Sebelumnya, organisasi petani terbesar di Indonesia ini terpecah menjadi dua kubu yang saling mengklaim validitas kepemimpinan, yaitu kubu Fadli Zon dan kubu Moeldoko.
“Dalam rapat pimpinan (rapim), kita telah memilih, menunjuk dan mempercayakan Bapak Wamentan, Bapak Sudaryono, untuk memimpin HKTI ke depan,” ujar Moeldoko, salah satu tokoh sentral dalam dualisme sebelumnya, dalam sambutannya pada Kamis (26/6/2025). Sambutan ini secara gamblang menunjukkan adanya rekonsiliasi dan kesepakatan bersama.
Sudaryono pun menyambut kepercayaan ini dengan penuh hormat, menyampaikan terima kasih kepada Moeldoko dan seluruh anggota HKTI. Momen ini sekaligus menjadi simbol kuat penyatuan HKTI dan terhapusnya segala perbedaan yang ada.
Selain Moeldoko dan Sudaryono, Munas ke-10 HKTI juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting lainnya. Turut hadir Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, dan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) HKTI, Oesman Sapta Odang (OSO). Kehadiran para pimpinan ini menegaskan dukungan penuh pemerintah dan seluruh elemen HKTI terhadap kepemimpinan baru.
Soliditas dan Merangkul Semua Kubu: Amanat Penting untuk HKTI
Dalam kesempatan itu, Menteri Amran Sulaiman menyampaikan pesan krusial kepada Bapak Sudaryono. Beliau menekankan pentingnya menjaga soliditas HKTI dan segera mengakhiri semua persoalan yang terjadi di masa lalu. Lebih lanjut, Menteri Amran meminta Bapak Sudaryono untuk merangkul semua kubu dan golongan untuk bergabung dalam organisasi.
“Sekarang, kita buka lembaran baru. Biarkan semua masuk Pak Dar (Sudaryono, red). Jabatan apa saja. Kalau perlu kembangkan ke samping. Sekretaris Jenderal (Sekjen)-nya ada lima, Bendahara Umum (Bendum)-nya ada lima, biarkan saja,” kata Menteri Amran, menunjukkan fleksibilitas dan semangat inklusivitas demi kemajuan HKTI.
Menteri Amran juga meyakini bahwa perjalanan dan kemajuan HKTI ke depan akan terseleksi secara alami. Beliau percaya bahwa individu-individu yang tidak memiliki komitmen kuat untuk mencintai dan membesarkan HKTI akan terseleksi dengan sendirinya. “Nanti akan berguguran sendiri. Memimpin itu ada konsekuensinya, bukan hal mudah,” jelasnya, menyoroti tantangan dan tanggung jawab besar di balik sebuah kepemimpinan.
HKTI Bersatu: Lompatan Besar untuk Petani Indonesia
Senada dengan Menteri Amran, Ketua BPO HKTI, Bapak Oesman Sapta Odang (OSO), optimis bahwa peleburan dua kepengurusan ini akan berjalan mulus hingga ke tingkat akar rumput. Beliau sangat yakin bahwa penyatuan ini akan menjadi lompatan besar untuk melindungi dan memperjuangkan nasib petani di Indonesia.
“Saya sudah bertemu dengan Presiden Prabowo. Peluk-pelukan. Besar harapan Presiden Prabowo agar HKTI bersatu,” ungkap OSO, menunjukkan dukungan penuh dari pucuk pimpinan negara terhadap persatuan HKTI.
OSO juga menekankan betapa besarnya potensi dan peran petani di Indonesia. Dengan jumlah petani yang mencapai sekitar 76 juta jiwa, mereka adalah tulang punggung perekonomian bangsa dan salah satu kekuatan utama negara. Oleh karena itu, petani sangat membutuhkan dukungan, dan HKTI harus lebih banyak turun ke desa-desa untuk memperhatikan secara langsung kondisi dan kebutuhan para petani di Tanah Air.
Melihat rekam jejaknya, OSO menilai Bapak Sudaryono sebagai sosok yang layak dan bersih. Menurutnya, Ketua Partai Gerindra Jawa Tengah itu memiliki pengalaman organisasi dan pemahaman lapangan yang memadai, menjadikannya figur yang tepat untuk memimpin HKTI ke depan.
Dengan berakhirnya dualisme dan terpilihnya Sudaryono sebagai Ketua Umum, HKTI kini siap melangkah maju. Harapan besar tersemat agar HKTI dapat fokus sepenuhnya pada pengabdian kepada petani, mewujudkan kesejahteraan, dan memperkuat sektor pertanian nasional. (*/tur)




