BeritaKESEHATANNASIONAL

PSK dan LGBT, Kelompok Paling Beresiko HIV dan Monkeypox

KALTENG.CO-Ancaman serius virus HIV dan Mongkey Pox tidak bisa dianggap remeh. Saat ini penyebarannya sudah sampai ke negera Indonesia, terutama di Jakarta.

Kelompok paling beresiko terserang virus HIV dan mongkey pox adalah para PSK dan kaum LGBT. Namun, khusus untuk virus mongkey pox atau cacar monyet, penyebaran virusnya tidak mesti harus melalui hubungan seksual, melainkan juga melalui sentuhan atau cairan/droplet.

Seorang pria di Italia mengalami 3 penyakit sekaligus di dalam tubuhnya yakni HIV, cacar monyet (monkeypox), dan HIV. Gambaran itu membuktikan bahwa seseorang dengan HIV memiliki imun tubuh yang rendah sehingga terancam dari berbagai jenis virus.

Apalagi penyakit HIV dan monkeypox memiliki kesamaan sasaran ancaman, yaitu sama-sama menyerang kelompok berisiko seperti PSK dan kelompok LGBT melalui cairan.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menegaskan, HIV dan monkeypox memiliki sasaran ancaman kelompok berisiko yang sama.

Akan tetapi ia menegaskan bahwa monkeypox bukan penyakit menular seksual, berbeda dengan HIV. Akan tetapi karena monkeypox ditularkan melalui kontak erat seperti sentuhan dan droplet, tentu dapat berisiko menular saat berhubungan intim.

“HIV dan monkeypox sebetulnya kita melihat arsiran ya, titik temunya ada di kelompok berisiko, di antara penderita HIV AIDS itu prevalensinya meningkat ya. Dan monkeypox itu memiliki kelompok berisiko yang sama persis dengan HIV. Gay, seksual, PSK,” kata Dicky kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Ia menegaskan penyakit HIV dan monkeypox lebih erat kaitannya dengan perilaku. Berbeda dengan Covid-19, kedua penyakit ini tak perlu adanya pembatasan atau penguncian.

“Sama risiko penularannya. Sejauh ini sama, masuk ke dalam kelompok berisiko tinggi ya sama. Untuk monkeypox dan HIV tak perlu pembatasan, ini melekat pada perilaku orang dan individu. Ini adalah erat kaitannya dengan perilaku. Tak seperti Covid-19 dibawa ke sana sini nyebar, kedua ini enggak perlu pembatasan apalagi sampai lockdown, tapi penting untuk mengetahui status HIV,” tegas Dicky.

Ia menegaskan seseorang yang rutin minum obat Antiretroviral atau ARV, akan membuat virus HIV di dalam tubuhnya terkontrol. Begitu juga monkeypox sudah ada obat dan vaksinnya.

“Maka penting mengetahui status HIV agar dia tahu melindungi dirinya, melindungi orang terdekat,” katanya.

Karena kelompok berisikonya sama, lanjutnya, maka sasarannya juga menyerang kelompok yang umumnya tertutup. Pasalnya, bicara perilaku seks berisiko, kata Dicky, tak hanya bicara soal anak muda saja, tetapi bisa saja dialami oleh lansia.

“Bicara perilaku, suatu upaya sulit, tak mudah. Perlu waktu, keterlibatan banyak pihak. Apalagi bicara anak muda dan dewasa muda. Perilaku seksual, dari muda sampai yang bangkotan juga bisa, lansia. Perilaku ke seks bebas, ya bisa aja, bukan dominan dilakukan anak muda. Ini semua harus ditekan dengan program berbasis sains,” ungkapnya. (*/tur)

Related Articles

Back to top button