KALTENG.CO-Pemilihan kepala daerah (Pilkada) kerap kali menjadi cermin dari dinamika politik di tingkat lokal. Dua peristiwa penting yang menunjukkan hal ini adalah Pilgub Papua dan Pilkada Kabupaten Barito Utara.
Meskipun berlangsung di wilayah yang berbeda, keduanya memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya setiap suara dan integritas dalam proses demokrasi.
PSU Pilgub Papua: Kemenangan Tipis yang Penuh Makna
Sorotan nasional tertuju pada Pilgub Papua setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan untuk menggelar Pemungutan Suara Ulang (PSU). Langkah ini diambil untuk memastikan keadilan dan integritas. Pada PSU yang berlangsung pada 6 Agustus, pasangan calon nomor urut 2, Matius D. Fakhiri dan Aryoko Rumaropen (Mari-Yo), yang didukung oleh Partai Demokrat, berhasil meraih kemenangan tipis. Berdasarkan hasil hitung cepat, pasangan Mari-Yo memperoleh 50,71% suara, mengungguli pasangan Benhur Tomi Mano – Constant Karma (BTM-CK) yang mendapatkan 49,29%.
Kemenangan ini disambut sukacita oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Herman Khaeron. Dalam kutipannya yang beredar di media, ia menyatakan, “Kami bersyukur atas kemenangan ini. Rakyat Papua telah menunjukkan harapannya akan perubahan melalui pasangan Mari-Yo.” Herman juga meyakini bahwa kemenangan ini melampaui sekadar politik, melainkan simbol harapan baru bagi masa depan Papua. Saat ini, proses rekapitulasi manual oleh KPU Papua masih berlangsung untuk pengesahan hasil akhir.
Relevansi dengan Pilkada Barito Utara: Pelajaran dari Kekalahan
Dinamika di Papua memiliki resonansi dengan Pilkada di daerah lain, termasuk Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Di sana, calon dari Partai Demokrat, Jimmy Carter, harus mengakui keunggulan lawannya, Shalahuddin dalam PSU Pilkada yang berlangsung pada Rabu (6/8/2025) lalu.
Hasil di Barito Utara menunjukkan bahwa kemenangan tidak hanya ditentukan oleh satu faktor tunggal. Kekuatan koalisi, dukungan akar rumput, dan strategi kampanye menjadi elemen penentu. Peristiwa di Papua dan Barito Utara, meski dengan hasil berbeda, sama-sama menegaskan bahwa dalam demokrasi, setiap suara sangat berarti.
Keduanya menjadi pengingat bahwa proses pemilihan umum, termasuk mekanisme seperti PSU, adalah inti dari demokrasi yang berupaya menjamin representasi suara rakyat. (*/tur)




