BeritaEkonomi BisnisNASIONAL

Rupiah Menguat Tipis di Tengah Pelemahan Dolar AS dan Data Ekonomi China yang Solid

KALTENG.CO-Nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif dengan penguatan tipis sebesar 3,5 poin, berakhir pada level Rp 16.833 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Kamis (17/4/2025).

Sebelumnya, mata uang Garuda sempat menyentuh level Rp 16.837 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, penguatan tipis rupiah ini dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS di pasar global. Pelemahan ini terjadi di tengah tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.

Dampak Perang Dagang AS-China

Pemerintahan Presiden Donald Trump baru-baru ini mengeluarkan sanksi baru yang menargetkan ekspor minyak Iran, termasuk sanksi terhadap kilang minyak “teapot” yang beroperasi di Tiongkok. Langkah ini semakin memperuncing hubungan dagang antara kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut, yang pada akhirnya memberikan tekanan pada nilai tukar dolar AS.

Kinerja Ekonomi China yang Solid

Di sisi lain, data ekonomi dari Tiongkok menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Produksi industri China melonjak signifikan sebesar 7,7 persen pada bulan Maret, melampaui ekspektasi pasar. Kenaikan ini diduga kuat didorong oleh peningkatan ekspor menjelang pemberlakuan tarif tinggi AS pada tanggal 2 April.

“Karena produsen lokal meningkatkan ekspor menjelang tarif AS yang tinggi pada tanggal 2 April yang diberlakukan oleh Presiden Trump,” jelas Ibrahim dalam analisisnya.

Selain sektor industri, penjualan ritel di China juga mengalami kenaikan sebesar 5,9 persen. Kenaikan ini didukung oleh langkah-langkah stimulus yang diterapkan oleh pemerintah Beijing untuk mendorong konsumsi domestik.

“Penjualan ritel juga naik 5,9 persen, dibantu oleh langkah-langkah stimulus Beijing yang menargetkan konsumsi,” sambungnya.

Sentimen Positif dari Dalam Negeri

Penguatan tipis rupiah juga mendapatkan dukungan dari sentimen positif di dalam negeri. Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada bulan Februari 2025. Posisi ULN tercatat sebesar USD 427,2 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada Januari 2025 yang mencapai USD 427,9 miliar.

Secara tahunan, pertumbuhan ULN Indonesia melambat menjadi 4,7 persen year on year (yoy), dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 5,3 persen pada bulan Januari 2025. Perlambatan ini disebabkan oleh penurunan pertumbuhan ULN sektor publik dan kontraksi pada pertumbuhan ULN sektor swasta.

Posisi ULN pemerintah juga mengalami penurunan menjadi USD 204,7 miliar pada Februari 2025, dibandingkan dengan USD 204,8 miliar pada Januari 2025. “Secara tahunan, ULN pemerintah tumbuh 5,1 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Januari 2025 sebesar 5,3 persen (yoy),” terang Ibrahim.

Penurunan ULN ini memberikan sinyal positif terhadap stabilitas ekonomi Indonesia dan turut berkontribusi pada sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah.

Penguatan tipis nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan pekan ini didorong oleh kombinasi faktor eksternal, yaitu pelemahan dolar AS akibat perang dagang AS-China dan data ekonomi China yang kuat, serta faktor internal berupa penurunan posisi utang luar negeri Indonesia.

Meskipun penguatannya tidak signifikan, tren positif ini memberikan harapan akan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global. (*/tur)

Related Articles

Back to top button