Rupiah Terpuruk! Nyaris Sentuh Rp 17.000 per Dolar AS, Sri Mulyani Ungkap Biang Keladinya

KALTENG.CO-Nilai tukar rupiah melemah tajam hingga mendekati Rp 17.000 per dolar AS pada Maret 2025. Menkeu Sri Mulyani beberkan penyebabnya, mulai dari ketidakpastian global hingga kebijakan Donald Trump.



Kabar kurang menggembirakan datang dari pasar valuta asing. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam, dolar Amerika Serikat (AS), terus menunjukkan tren pelemahan yang signifikan. Bahkan, pada Maret 2025, pergerakan kurs rupiah tercatat hampir menyentuh level psikologis Rp 17.000 per dolar AS.
Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius, mengingat asumsi dasar nilai tukar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 yang ditetapkan sebesar Rp 16.000 per dolar AS.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, belum lama ini, mengungkapkan bahwa secara year to date (ytd) hingga Maret 2025, nilai tukar rupiah telah mencapai Rp 16.443 per dolar AS. Menurutnya, pelemahan ini merupakan imbas langsung dari ketidakpastian global yang tengah melanda pasar keuangan.
“Ketidakpastian dan gejolak dari pasar keuangan sangat besar terjadi di Kuartal I-2025, sama seperti bulan April tahun lalu, dan ini menyebabkan nilai tukar terhadap dolar di banyak negara kemudian mengalami penyesuaian. Untuk Indonesia juga tidak terkecuali,” jelas Sri Mulyani.
Lebih lanjut, Sri Mulyani memaparkan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah semakin melemah, dari rata-rata Rp 16.443 per dolar AS secara year to date menjadi Rp 16.829 per dolar AS.
Ketidakpastian Global dan Kebijakan The Fed Jadi Pemicu Awal
Sri Mulyani menjelaskan bahwa suasana ketidakpastian global telah terasa sejak tahun 2024. Harapan akan penurunan Fed Fund Rate (suku bunga acuan Bank Sentral AS) pada tahun tersebut ternyata tertahan oleh inflasi di AS yang masih relatif tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat.
“Sehingga Fed berhati-hati untuk menurunkan suku bunganya. Ini menyebabkan capital flow ke Amerika atau dalam hal ini menyebabkan dolar indeks menjadi menguat,” ungkapnya.
Efek Kejut Kebijakan Donald Trump Setelah Kembali Berkuasa
Situasi semakin diperparah dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS yang mulai menjabat pada Januari 2025. Sri Mulyani menyoroti langkah-langkah kebijakan Trump yang dinilai cukup drastis dan memberikan kejutan bagi pasar keuangan global.
“Terakhir, beliau melakukan resiprokal tarif yang sangat agresif untuk sekitar 70 negara partner dagang yang dianggap memiliki surplus dan perlu dikoreksi,” ujar Sri Mulyani.
Kebijakan tarif timbal balik yang agresif ini, menurut Menkeu, memberikan dampak signifikan terhadap sentimen dan dinamika sektor keuangan global, termasuk turut menekan nilai tukar rupiah.
“Tindakan drastis dari presiden Amerika tersebut dalam bentuk resiprokal tarif mempengaruhi sentimen dan dinamika sektor keuangan sangat signifikan,” pungkas Sri Mulyani. (*/tur)