Stop Oversharing! 4 Cara Cerdas Mengelola Diri Agar Tidak Terlalu Terbuka dalam Percakapan
KALTENG.CO-Dalam era digital dan komunikasi yang serba cepat ini, banyak dari kita tanpa sadar terjebak dalam kebiasaan oversharing—membagikan terlalu banyak detail pribadi, bahkan yang seharusnya bersifat rahasia.
Oversharing sering kali dilakukan dengan niat baik, yaitu untuk membangun kedekatan atau menciptakan suasana yang akrab. Namun, ironisnya, perilaku ini justru dapat memberikan dampak negatif. Alih-alih merasa dekat, lawan bicara Anda mungkin merasa terbebani, tidak nyaman, dan pada akhirnya, perlahan menjauh.
Kabar baiknya, kebiasaan ini bukanlah takdir. Dengan melatih kesadaran diri, mengelola emosi, dan memahami dinamika percakapan yang sehat, Anda tetap bisa tampil hangat, komunikatif, dan autentik, tanpa perlu menceritakan seluruh isi hidup Anda.
Berikut adalah 4 cara efektif yang dapat Anda lakukan untuk mengendalikan dan berhenti dari kebiasaan oversharing, dirangkum dari laman Klinik GWS Medik:
1. Latih Kesadaran Diri (Mindfulness) Sebelum Berbicara
Langkah pertama adalah menangkap diri sendiri sebelum Anda melontarkan detail yang tidak perlu. Oversharing sering terjadi karena dorongan emosi sesaat atau keinginan impulsif untuk mengisi kekosongan percakapan.
- Jeda Sejenak: Sebelum merespons atau melanjutkan cerita, ambil jeda singkat (sekitar satu detik). Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah informasi ini relevan? Apakah ini perlu diketahui lawan bicara saya saat ini?”
- Identifikasi Pemicu: Sadari kapan Anda cenderung oversharing. Apakah saat Anda cemas, terlalu bersemangat, atau merasa tidak aman? Mengenali pemicu ini membantu Anda bersiap.
- Fokus pada Lawan Bicara: Alihkan fokus dari diri Anda. Dengarkan apa yang dikatakan orang lain, dan berikan pertanyaan tindak lanjut yang tulus. Ini akan membuat percakapan menjadi seimbang dan dua arah.
2. Tentukan Batasan Pribadi (Boundaries) yang Jelas
Banyak orang yang oversharing tidak memiliki batasan yang tegas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dibagikan kepada orang lain, terutama yang baru dikenal.
- Buat Filter Informasi: Klasifikasikan informasi pribadi Anda ke dalam tiga kategori:
- Publik: Informasi yang aman dibagikan ke semua orang (hobi, pekerjaan umum).
- Semi-Pribadi: Informasi yang hanya dibagikan kepada teman dekat atau keluarga tepercaya (tantangan kecil dalam hidup, opini personal).
- Sangat Pribadi: Informasi yang hanya Anda simpan sendiri atau bagikan kepada terapis/pasangan (trauma masa lalu, masalah keuangan mendalam).
- Tahan Diri untuk Mencari Validasi: Seringkali, oversharing adalah upaya terselubung untuk mencari simpati atau validasi. Ingatkan diri Anda bahwa harga diri Anda tidak bergantung pada seberapa banyak cerita dramatis yang Anda bagikan.
3. Alihkan Percakapan ke Topik yang Lebih Netral
Jika Anda menyadari bahwa Anda sudah mulai menceritakan terlalu banyak, segera ubah arah pembicaraan secara halus.
- Ajukan Pertanyaan Terbuka: Setelah Anda selesai dengan satu poin cerita, segera kembalikan bola ke lawan bicara. Contohnya: “Cukup soal saya, bagaimana pendapatmu tentang isu X/rencana liburan Y?”
- Fokus pada Situasi Saat Ini: Bicarakan hal-hal yang ada di sekitar Anda, seperti makanan, lingkungan, atau acara yang sedang dihadiri. Ini adalah topik aman yang menjaga interaksi tetap ringan dan santai.
- Perhatikan Bahasa Tubuh Lawan Bicara: Jika lawan bicara mulai menghindari kontak mata, melihat jam, atau memberikan respons singkat, itu bisa menjadi sinyal bahwa mereka sudah merasa tidak nyaman. Gunakan sinyal ini sebagai pengingat untuk segera mengakhiri detail pribadi Anda.
4. Kelola Emosi Anda Sebelum Berbagi Cerita
Emosi yang kuat, baik itu kecemasan, kegembiraan berlebihan, atau kesedihan, sering mendorong kita untuk berbagi tanpa berpikir.
- Tuliskan Dulu (Journaling): Jika Anda merasa sangat ingin mengungkapkan sesuatu yang emosional, coba tuliskan hal tersebut dalam buku harian pribadi Anda terlebih dahulu. Proses menulis ini sering kali sudah cukup melegakan, sehingga mengurangi dorongan untuk oversharing kepada orang lain.
- Lakukan Latihan Pernapasan: Ketika dorongan untuk oversharing muncul, tarik napas dalam-dalam. Ini memberikan jeda mental yang memungkinkan bagian otak rasional Anda mengambil alih sebelum Anda berbicara secara impulsif.
Dengan mempraktikkan langkah-langkah di atas, Anda akan menemukan bahwa komunikasi yang efektif bukanlah tentang seberapa banyak yang Anda bagi, melainkan tentang kualitas interaksi dan bagaimana Anda mampu menghormati batasan diri sendiri serta kenyamanan orang lain. (*/tur)




