BeritaHOBINASIONALUtama

Tantangan Potensi Fashion Muslim, Produsen-Konsumen Harus Berjuang untuk Halal dan Berkah

Fokus Untuk Membesarkan Tiga Brand

Bagi dia, seorang desainer tidak hanya menciptakan produk yang baik. Tapi juga harus sesuai dengan kebutuhan dan memberikan solusi. Selain itu, tidak hanya menjual produk. Namun juga memberikan nilai dan bermakna.

Pemahaman itu di dapat Rosie ketika menimba ilmu di Islamic Fashion Institute (IFI), Bandung, pada 2016. Dari situ lahir brand RosieRahmadi dan AlasKumala. ”Setelah sekolah, banyak hal yang sangat menjadi basic thinking aku sebagai fashion designer,” jelasnya.

Misalnya, memahami kaidah-kaidah yang harus di taati dalam merancang busana muslim. Antara lain, busana harus longgar sehingga menutup, bukan membungkus.

Lalu, warna yang tidak mencolok agar tidak menarik perhatian banyak orang. Kemudian, tidak ada motif makhluk hidup, tidak menyerupai lambang simbol agama tertentu, tidak menerawang, dan tidak menjadi pakaian kesombongan.

Peraih The Best Performance IFI itu kini memilih berfokus untuk membesarkan tiga brand. Yakni, Gadiza, Parapohon, serta RosieRahmadi. Di dalam setiap brand yang di kembangkan, Rosie menanamkan prinsip ”BERKAH”. Setiap hurufnya memiliki arti.

B itu balans, seimbang, dan adil. ”Berpakaian secukupnya, sederhana, dan menerapkan prinsip adil di perusahaan,” terangnya.

Tren Berbusana Muslim Sudah Marak Pada Akhir ’90-an

Lalu, huruf E itu elegan. R adalah resilience atau tahan lama, huruf K itu kindness yang berarti baik, kemudian A adalah authentic, dan H melambangkan happiness atau kebahagiaan. ”Sehingga, ketika kita sudah mengejar berkah, segala sesuatunya jadi lebih bernilai. Sehingga menjadi halalan tayyiban,” ujarnya.

Sementara itu, di mata desainer ternama Ali Charisma, tren berbusana muslim tanah air sudah marak terjadi pada akhir ’90-an. Sejak saat itu sampai sekarang, pakaian muslim tidak hanya di kenakan orang dewasa. Melainkan juga mereka yang masih anak-anak.

Desainer-desainer lokal, termasuk diri nya, pun turut berusaha berinovasi mengikuti tren pasar. Yakni, mendesain busana muslim yang lebih fashionable dan di sukai generasi muda.

”Bahwasanya dengan hijab selain untuk menutup aurat, mereka tetap bisa terlihat keren dan jadi gaya hidup,” tutur Ali.

Secara kuantitas, dia menilai Indonesia bisa menjadi pusat mode pakaian muslim dunia. Sebab, gaya berpakaian maupun model busana muslim para muslimah tanah air beragam dan bisa di terima di belahan dunia lain. Ada yang model streetwear, urban, feminin, hingga syari.

Akan tetapi, kata Ali, tidak jika di lihat dari sisi kualitas yang masih jauh di bandingkan dengan negara-negara lain. Apalagi bila di lihat dari desain ataupun konsep bisnis yang saat ini mengarah ke sustainability fashion dan kearifan lokal.

Dia mengungkapkan bahwa busana muslim, khususnya yang syari di Indonesia, masih sering menggunakan bahan polister. Padahal, material tersebut tidak ramah lingkungan.

”Nah, ini yang masih agak mundur dan perlu di kerjakan. Produknya di perbaiki. Kalau mau pakai polister, di recycle,” tegas laki-laki yang sudah berkecimpung di dunia fashion selama 25 tahun itu.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Related Articles

Back to top button