Tidak Ada Toleransi! Puluhan Calon Mahasiswa Korea Ditolak Kampus Terbaik Karena Riwayat Bullying
KALTENG.CO-Nilai akademik nyaris sempurna tak lagi menjamin lolos. Universitas-universitas top Korea Selatan kini secara tegas menolak puluhan calon mahasiswa berprestasi yang pernah terlibat kekerasan di sekolah, menjadikannya standar moral baru dalam seleksi pendidikan tinggi.
Langkah progresif dan kontroversial diambil oleh sejumlah universitas nasional di Korea Selatan. Puluhan calon mahasiswa yang memiliki nilai ujian masuk cemerlang, harus gigit jari setelah mereka digugurkan dalam proses seleksi hanya karena terbukti memiliki riwayat sebagai pelaku bullying atau kekerasan di sekolah.
Tindakan tegas ini, walau memicu perdebatan luas tentang kesempatan kedua, dinilai sebagai upaya serius pemerintah dan institusi pendidikan Korea dalam menangani krisis bullying yang semakin mengkhawatirkan.
Nilai Sempurna Bukan Jaminan: 45 Pelamar Bullying Gagal
Melansir data dari Korea JoongAng Daily, tercatat 45 calon mahasiswa digugurkan dalam seleksi penerimaan tahun 2024 di enam universitas nasional besar. Penolakan ini terjadi meskipun mereka memiliki skor akademik unggul, bahkan nyaris sempurna.
Kasus paling menonjol terjadi di Seoul National University (SNU)—kampus paling bergengsi di Negeri Ginseng—yang menolak dua kandidat berprestasi. Mereka bukan gagal karena nilai rendah, melainkan karena catatan rekam jejak mereka sebagai pelaku kekerasan di sekolah.
🏛️ Daftar Universitas yang Menerapkan Penolakan Tegas
SNU telah menerapkan kebijakan pemotongan skor bagi pelaku ‘school violence’ sejak tahun 2014. Pelaku yang menerima sanksi berat (seperti mutasi sekolah atau skorsing) otomatis kehilangan poin yang berujung pada diskualifikasi.
Model seleksi ketat ini juga diterapkan di berbagai kampus nasional lainnya:
- Kyungpook National University: Menolak 22 pelamar (terbanyak).
- Pusan National University: Menolak 8 calon mahasiswa.
- Kangwon National University: Menolak 5 pelamar.
- Jeonbuk National University: Mencoret 5 nama.
Sebaliknya, beberapa kampus seperti Jeju dan Chonnam baru menerapkan pemeriksaan rekam jejak bullying pada jalur terbatas, misalnya untuk atlet pelajar.
🚨 Kebijakan Makin Ketat Dipicu Skandal Pejabat Tinggi
Pengetatan aturan ini bukan muncul tanpa sebab. Kebijakan nasional ini menjadi sorotan serius setelah skandal yang melibatkan putra mantan jaksa tinggi Chung Sun-sin pada tahun 2023.
Putra pejabat tersebut terbukti melakukan perundungan berat, namun ia tetap berhasil diterima di SNU hanya dengan potongan nilai yang dianggap publik sangat minimal. Kasus ini memicu kemarahan publik yang menilai adanya celah aturan yang terlalu longgar dan tidak adil bagi korban, terutama jika pelakunya memiliki koneksi kuat.
Sebagai respons, mulai tahun depan, seluruh universitas di Korea diwajibkan untuk menerapkan sanksi otomatis bagi pelaku perundungan, tanpa pengecualian jalur seleksi. Pemerintah melalui Dewan Pendidikan Universitas Korea (KCUE) menetapkan bahwa riwayat kekerasan akan menjadi faktor signifikan dalam semua jalur penerimaan, baik reguler maupun early admission.
Ancaman Baru: Ruang Kelas Jadi Medan Konflik Hukum
Meskipun bertujuan baik, pengetatan aturan ini memunculkan fenomena baru yang mengkhawatirkan: semakin banyak siswa pelaku bullying yang menggugat keputusan sekolah ke pengadilan.
Tren ini menunjukkan bahwa banyak keluarga kaya kini menyewa pengacara untuk membatalkan sanksi administrasi sekolah, memaksa pihak sekolah menghadapi proses hukum berkepanjangan.
Pengamat pendidikan di Korea mengkritik tren ini sebagai komersialisasi kasus perundungan oleh firma-firma hukum. Mereka memperingatkan bahwa jika tidak dikendalikan, ruang kelas berisiko berubah menjadi medan konflik hukum, alih-alih menjadi tempat yang aman untuk memulihkan korban dan membangun budaya aman.
Langkah Korea Selatan ini mengirimkan pesan kuat ke seluruh dunia: di era kompetisi global, integritas karakter kini menjadi prasyarat utama—bahkan di atas prestasi akademik tertinggi—untuk mendapatkan tempat di institusi pendidikan terbaik. (*/tur)




