Dari pantauan Kalteng Pos di lapangan, kawasan pasar induk yang terdiri dari 3 bangunan tersebut, terdiri dari bangunan utama yang diperuntukan untuk para penjual sandang, sembako, dan cafetaria. Di bangunan pertama terdiri dari dua lantai.
Gedung ini tampak lebih sempurna dibanding dua bangunan lainnya. Hanya saja, pada halamannya masih banyak berserakan bekas pembangunan serta masih terdapat ilalang yang tumbuh subur. Bangunan kedua merupakan program pasar rakyat bantuan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan RI.Selanjutnya pada bangunan ketiga tampak yang paling parah. Diduga, bangunan yang juga dijadikan tempat untuk jual sayur dan ikan tersebut tak selesai dikerjakan.
Tampak, pasir hingga batu koral masih menumpuk di halaman gedung itu. Pengerjaan bangunan bagian depannya, masih amburadul. Jangankan finishing bangunan, pintu-pintu tiap los (ruang jualan) pun tak ada. Bahkan, bangunan itu tak bisa dioperasionalkan.
Berdasarkan keterangan pekerja di lapangan, pihaknya tidak menampik, jika salah satu bangunan pasar tidak selesai dari target yang telah ditentukan. “Ini kan ada tiga bangunan utama. Yang pasar rakyat itu (bangunan kedua) memang sudah selesai bulan dua (Februari) dari tahun 2018 hanya saja belum disfungsikan. Kalau yang paling depan (bangunan pertama) ini memang tinggal lantai duanya. Tapi memang ini bertahap (multiyears),” kata salah seorang pekerja bangunan, di Pasar Induk Nanga Bulik, Rabu (6/1).
Terpisah, Kepala Dinas Disperindagkop dan UMKM Lamandau, Penyang Lenen, mengatakan, sejauh ini pihaknya terus menjalin komunikasi bersama kontraktor yang bertanggung jawab atas pembangunan pasar tersebut. Memang diketahui ada keterlambatan pengerjaan, dari jadwal yang sebelumnya ditargetkan selesai pada akhir tahun 2020.“Untuk bangun pasar yang dibelakang (bangunan ketiga) progresnya itu baru mencapai 70,1 persen,” kata Penyang, saat dikonfirmasi awak media di ruang kerjanya, Rabu (6/1). (lan/uni)