Daging Ayam Ras dan Tomat Picu Inflasi
PALANGKA RAYA Kalteng.co – Selama setahun terakhir, komponen energi relatif selalu mengalami laju inflasi negatif di Palangka Raya maupun di Sampit wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Komponen bahan makanan kembali mengalami inflasi setelah selama tiga bulan yang lalu mengalami deflasi secara berturut-turut.
“Komoditas daging ayam ras, tomat dan kacang panjang secara kolektif menjadi pemicu inflasi,” ucap Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Akhmad Tantowi, Senin (2/11).
Lanjut dia, cukup rendahnya harga eceran telur ayam ras dan ikan tongkol atau ikan ambu-ambu menjadi instrumen reduktif terhadap kenaikan indeks harga secara umum di kedua kota.
“Andil angkutan udara pun berpengaruh signifikan terhadap penurunan indeks harga, baik di Palangka Raya maupun di Sampit,” ulasnya.
Menurut dia, dampak kebijakan harga dan fluktuasi harga di pasar eceran, selama Oktober 2020 komponen energi relatif tidak memiliki pengaruh terhadap sebagian besar perubahan tingkat harga kebutuhan bahan pokok, baik di Palangka Raya maupun di Sampit.
“Hal ini terlihat dari rendahnya indeks harga komponen energi di Palangka Raya 97,17 dan Sampit 97,36. Sementara itu, komponen bahan makanan mendominasi andil terhadap inflasi, baik di Palangka Raya 0,14 persen maupun Sampit 0,10 persen,” jelas dia.
Ia menambahkan, dari 12 kota pantauan IHK di wilayah Kalimantan, Pontianak, Balikpapan, Samarinda dan Tarakan adalah kota yang masih mengalami deflasi. Indeks harga yang cukup tinggi terjadi di Sintang 110,11, diikuti Kotabaru 106,63, Tanjung 105,58 dan Pontianak 105,46.
“Indeks harga konsumen di Kalteng relatif berada di level moderat, sebagaimana terlihat di Palangka Raya 104,09 dan Sampit 104,78. Terdapat tiga kota yang indeks harganya cukup rendah yakni di Tanjung Selor 101,73, Balikpapan 102,70 dan Singkawang 102,84,” tandasnya. (aza)




