Telur Ayam dan Cabai Rawit Picu Inflasi
PALANGKA RAYA kalteng.co – Dampak kebijakan harga dan fluktuasi harga di pasar eceran, selama November 2020 di Kalimantan Tengah (Kalteng), komponen energi relatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sebagian besar perubahan tingkat harga kebutuhan bahan pokok, baik di Palangka Raya maupun di Sampit. Hal ini terlihat dari rendahnya indeks harga komponen energi di Palangka Raya 96,88 dan Sampit 97,72.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Eko Marsoro, mengatakan, komponen bahan makanan mendominasi andil terhadap inflasi, baik di Palangka Raya (1,87 persen) maupun Sampit (1,30 persen). Meskipun komponen energi relatif selalu mengalami deflasi di kedua kota tersebut selama setahun terakhir, namun Sampit mengalami inflasi pada November 2020 untuk kategori ini sebesar 0,37 persen. Hal berbeda ditunjukkan oleh komponen bahan makanan yang kembali mengalami inflasi baik di Palangka Raya maupun Sampit.
“Komoditas daging ayam ras masih menjadi komoditas yang menjadi andil terbesar dalam inflasi, baik di bulan Oktober maupun November 2020. Komoditas telur ayam dan cabai rawit pun secara kolektif menjadi pemicu inflasi di kedua kota pada bulan November 2020,” ucap Eko Marsoro, saat rilis berita statistik, Selasa (1/12).
Lanjut dia, cukup rendahnya harga eceran minuman ringan dan ikan gabus menjadi instrumen reduktif terhadap kenaikan indeks harga secara umum di kedua kota. “Andil angkutan udara pun berpengaruh signifikan terhadap peningkatan indeks harga, baik di Palangka Raya maupun di Sampit,” terangnya.
Selain itu, tambah dia, perkembangan inflasi deflasi di Palangka Raya dan Sampit, untuk pola fluktuasi indeks harga sebagian besar komoditas dan jasa pada tingkat pedagang eceran di Palangka Raya dan Sampit relatif serupa.
Peningkatan indeks harga kembali terjadi pada November 2020, peningkatan yang terjadi menjadi peningkatan kedua tertinggi dalam Tahun 2020 setelah peningkatan indeks harga pada Februari 2020 yakni 0,59 persen di Kalteng.
“Kedua kota mengalami inflasi yaitu sebesar 0,53 persen untuk Palangka Raya dan 0,52 persen untuk Sampit,” terangnya.
Sementara itu, perbandingan inflasi deflasi Kota IHK di Wilayah Kalimantan, dari 12 kota pantauan IHK di wilayah Kalimantan, terlihat bahwa Tarakan adalah satu-satunya kota di Pulau Kalimantan yang masih mengalami deflasi.
“Indeks harga konsumen di Kalteng relatif berada di level moderat, sebagaimana terlihat di Palangka Raya 104,64 dan Sampit 105,32. Tanjung Selor masih menjadi kota yang memiliki indeks harga terendah di wilayah Kalimantan yaitu 102,42,” tandasnya. (aza)