Tidak Ada Aktivitas Impor di Pelabuhan Pulang Pisau
PALANGKA RAYA kalteng.co – Bongkar muatan komoditas impor di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dari seluruh negara mitra dagang selama November 2020 yang mencapai US$1,58 juta, dilakukan melalui Pelabuhan Sampit US$0,88 juta dan Kumai US$0,70 juta.
“Dibanding nilai impor pada Oktober 2020, terjadi penurunan yang cukup tajam bongkar muatan impor di Pelabuhan Pulang Pisau sebesar 100,00 persen, atau tidak terdapat aktivitas impor selama November 2020,” ucap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Eko Marsoro.
Menurut Eko, aktivitas bongkar muatan impor di Pelabuhan Sampit juga mengalami penurunan 65,22 persen, tetapi di Pelabuhan Kumai justru meningkat 9,38 persen. Jika dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, nilai impor pada November 2020 yang melalui Pelabuhan Sampit dan Pulang Pisau mengalami penurunan. Sementara di Kumai justru mengalami peningkatan. Peningkatan di Pelabuhan Kumai mencapai 55,56 persen.
“Pelabuhan Sampit dan Pulang Pisau mengalami penurunan masing-masing 67,41 persen dan 100 persen. Secara kumulatif, impor selama Januari-November 2020 dilayani melalui Pelabuhan Kumai US$13,67 juta dan berkontribusi 45,75 persen dari total impor. Pelabuhan Sampit menduduki posisi kedua dengan nilai US$12,90 juta dan berkontribusi 43,17 persen,” ulasnya.
Eko menambahkan, untuk nilai impor Kalteng selama November 2020 senilai US$1,58 juta berasal dari empat negara yaitu Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Tiongkok. Nilai impor dari Singapura berupa bahan bakar mineral mencapai US$0,80 juta, Malaysia berupa mesin/pesawat mekanik US$0,70 juta, Arab Saudi berupa berbagai produk kimia US$0,07 juta, dan Tiongkok berupa bahan kimia anorganik US$0,01 juta.
“Dibanding nilai impor pada Oktober 2020, terjadi penurunan yang signifikan pada impor dari Singapura 56,28 persen. Begitu juga impor dari Arab Saudi mengalami penurunan 46,15 persen. Impor dari Malaysia masih mengalami kenaikan sebesar 40,00 persen, sedangkan impor dari Laos dan negara lainnya nihil selama November 2020,” katanya.
Eko menjelaskan, apabila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, impor Kalteng pada November 2020 dari seluruh negara mengalami penurunan kecuali Arab Saudi, dimana pada 2019 tidak ada transaksi impor dari negara tersebut. Penurunan impor dari Singapura US$1,45 juta atau sekitar 64,44 persen, merupakan penurunan terbesar di antara negara asal impor lain.
“Sementara impor dari Malaysia turun US$1,02 juta atau sekitar 59,30 persen,” ujarnya.
Secara kumulatif, lanjut Eko, Januari-November 2020, impor dari seluruh negara juga turun kecuali dari Arab Saudi. Singapura merupakan negara asal utama impor bahan bakar mineral, Malaysia merupakan negara asal utama impor mesin/pesawat mekanik, sedangkan Laos merupakan negara asal utama impor pupuk.
“Selama Januari-November 2020, hanya impor dari Arab Saudi yang mengalami peningkatan. Impor dari Arab Saudi berupa katalisator sebesar US$1,29 juta,” tandasnya. (aza)