BeritaFAMILYLife StyleMETROPOLIS

Mengenal Kepribadian di Balik Kebiasaan Menimbun Barang (Hoarding Disorder)

KALTENG.CO-Pernahkah Anda menjumpai seseorang yang rumahnya dipenuhi tumpukan barang yang tampaknya tidak terpakai? Atau mungkin Anda sendiri memiliki kesulitan untuk membuang barang-barang lama dengan alasan “siapa tahu nanti butuh”?

Kebiasaan mengumpulkan dan menyimpan barang secara berlebihan, bahkan yang sebenarnya tidak diperlukan, sering disebut dengan istilah hoarding disorder.

Lebih dari sekadar kegemaran mengoleksi, hoarding disorder adalah kondisi psikologis di mana seseorang mengalami kesulitan kronis untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang, terlepas dari nilai aktualnya.

Alasan yang sering muncul adalah kekhawatiran akan membutuhkan barang tersebut di masa depan. Namun, tahukah Anda bahwa di balik kebiasaan ini, terdapat pola kepribadian tertentu yang mungkin mendasarinya?

Dilansir dari Hack Spirit, para ahli psikologi mengidentifikasi beberapa ciri kepribadian yang umumnya ditunjukkan oleh individu yang memiliki kecenderungan kuat untuk menyimpan barang-barang sebagai bentuk “jaga-jaga”:

1. Rasa Tidak Aman dan Kekhawatiran Berlebihan (Insecurity and Excessive Worry)

Salah satu akar dari kebiasaan menimbun adalah rasa tidak aman yang mendalam. Orang dengan kecenderungan ini sering kali merasa cemas dan khawatir tentang masa depan. Menyimpan barang dianggap sebagai cara untuk menciptakan rasa aman dan kontrol. Mereka percaya bahwa dengan memiliki banyak barang, mereka akan lebih siap menghadapi segala kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Kekhawatiran berlebihan ini memicu pemikiran “bagaimana jika nanti saya membutuhkannya?” yang sulit untuk diatasi.

2. Perfeksionisme dan Ketakutan Membuat Kesalahan (Perfectionism and Fear of Making Mistakes)

Kepribadian perfeksionis juga seringkali terkait dengan kebiasaan menimbun. Orang dengan karakter ini mungkin merasa sulit untuk membuang barang karena takut suatu saat barang tersebut akan berguna untuk proyek atau kebutuhan yang “sempurna”. Mereka enggan mengambil risiko membuang sesuatu yang mungkin akan mereka sesali di kemudian hari. Ketakutan membuat kesalahan dalam mengambil keputusan untuk membuang barang menjadi penghalang utama.

3. Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan (Difficulty in Decision-Making)

Proses memilah dan memutuskan barang mana yang harus disimpan dan mana yang harus dibuang bisa menjadi sangat melelahkan dan menimbulkan stres bagi individu dengan kecenderungan menimbun. Mereka seringkali kesulitan dalam pengambilan keputusan, bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Setiap barang memiliki potensi nilai di mata mereka, sehingga sulit untuk menentukan mana yang benar-benar tidak lagi dibutuhkan.

4. Keterikatan Emosional yang Kuat dengan Barang (Strong Emotional Attachment to Possessions)

Bagi sebagian orang, barang bukan hanya sekadar objek mati. Mereka mengembangkan keterikatan emosional yang kuat dengan barang-barang mereka, bahkan yang tampak tidak berguna bagi orang lain. Barang-barang ini mungkin diasosiasikan dengan kenangan, pencapaian, atau identitas diri mereka. Membuang barang terasa seperti melepaskan sebagian dari diri mereka atau melupakan masa lalu.

5. Kecenderungan untuk Menunda-nunda (Procrastination)

Tugas membereskan dan membuang barang seringkali dianggap sebagai pekerjaan yang besar dan membosankan. Orang dengan kecenderungan menimbun mungkin memiliki kebiasaan menunda-nunda pekerjaan ini. Semakin lama ditunda, semakin banyak barang yang terkumpul, dan semakin sulit untuk memulai proses pembersihan.

Hoarding Disorder Bukan Sekadar Kebiasaan Unik

Meskipun menyimpan beberapa barang untuk berjaga-jaga adalah hal yang wajar, hoarding disorder adalah kondisi yang lebih serius dan dapat mengganggu kualitas hidup seseorang. Tumpukan barang yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kebersihan, bahaya kebakaran, kesulitan beraktivitas di rumah, hingga isolasi sosial.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala hoarding disorder yang signifikan, penting untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau terapis. Memahami kepribadian yang mendasari kebiasaan ini adalah langkah awal untuk mengembangkan strategi penanganan yang tepat dan membantu individu tersebut mengatasi kesulitan mereka dalam melepaskan barang-barang yang tidak lagi dibutuhkan.

Dengan memahami lebih dalam tentang kepribadian di balik kebiasaan menimbun, kita dapat meningkatkan kesadaran dan empati terhadap individu yang mengalaminya, serta mendorong mereka untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan. (*/tur)

Related Articles

Back to top button