Ruangan SDN-1 Desa Lampahung Minim Hingga Bangun Darurat Gunakan Dinding Seng
KUALA KURUN, Kalteng.co – Kondisi memprihatinkan terjadi di SDN-1 Desa Tumbang Lampahung Baru, Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas. Salah satu ruang belajar, tepatnya ruang kelas V, dibangun secara darurat dengan menggunakan dinding seng dan lantai cor seadanya.
Ruang belajar yang seharusnya memberikan kenyamanan bagi para siswa, justru terasa panas menyengat saat cuaca terik. Hal ini tentu mengganggu kenyamanan dan konsentrasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Kepala Sekolah SDN-1 Tumbang Lampahung, Friskila, mengungkapkan bahwa pembangunan ruang darurat tersebut dilakukan atas kesepakatan bersama antara pihak sekolah, komite, dan orang tua murid. Keterbatasan ruang kelas memaksa mereka mengambil langkah cepat agar kegiatan belajar tetap berjalan.
“Setelah melakukan rapat bersama dewan guru, komite sekolah, dan orang tua murid, kami sepakat membangun ruang darurat ini dengan dana yang dikumpulkan secara swadaya. Ruang ini digunakan sementara, sambil menunggu bantuan dari pemerintah atau dinas terkait,” ujarnya saat ditemui di sekolah, Jumat (8/8/2025).
Friskila menjelaskan, saat ini sekolahnya masih membutuhkan tambahan tiga hingga empat ruang kelas baru. Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, namun belum ada pembangunan yang direalisasikan.
“Kami sangat membutuhkan setidaknya tiga ruang belajar tambahan. Karena itu, bersama masyarakat, kami bergotong royong membangun ruang kelas darurat ini dalam waktu sekitar satu minggu,” lanjutnya.
Pembangunan ruang darurat ini memanfaatkan dana dari komite sekolah, sumbangan para guru, dan dukungan masyarakat sekitar. Bahkan, ruang guru saat ini harus dibatasi penggunaannya demi memaksimalkan ruang belajar bagi siswa.
“Total murid kami mencapai ratusan orang, mulai dari kelompok bermain hingga yang tercatat dalam Dapodik. Kami berharap pemerintah daerah bisa segera memberikan perhatian dan bantuan pembangunan ruang belajar yang layak,” tambahnya.
Salah satu orang tua murid, Mamah Acan, turut menyampaikan keluhannya. Ia mengaku prihatin melihat kondisi ruang belajar yang tidak memadai, terlebih lagi sekolah ini menerapkan sistem full day school.
“Anak-anak jadi kepanasan di ruang berdinding seng. Bangunan seperti ini jelas tidak layak, apalagi mereka belajar sampai hampir pukul tiga sore,” ujarnya.
Terpisah, Kepala Disdikpora Aprianto, mengakui sekolah tersebut dibangun oleh swadaya sekolah dan masyarakat saja, akan tetapi untuk saat ini anggaran dinas masih minim untuk biaya penambahan ruangan, akan tetapi pihaknya akan berusaha menganggarkan di perubahan ataupun di tahun2026 nantinya.
“Memang kemarin kita mengetahui bangunan sekolah tersebut dibangun oleh swadaya, kemudian kita semua tahu untuk anggaran kita sekarang ini masih terbatas. Tetapi kita berusaha menganggarkan itu di perubahan atau APBD Murni tahun 2026,” tukas dia. (nya)
EDITOR: TOPAN




