
KALTENG.CO – Kondisi perekonomian dunia sedang tidak baik-baik saja. Berbagai permasalahan dunia internasional yang tidak kunjung dapat terselesaikan dengan segera, memicu kekhawatiran terjadinya resesi.
Buntut dari kekhawatiran ini, salah satunya memicu kenaikan harga minyak mentah dunia. Ujung-ujungnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri kembali ikut naik. Salah satunya yang paling berpeluang mengalami kenaikan adalah BBM jenis Pertamax, padahal baru beberapa bulan lalu, Pertamax mengalami kenaikan hingga 30 persen.
Disebabkan Kesepakatan OPEC+ atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak memangkas produksi hingga 2 juta barel per hari, Harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan dikisaran 4 persen ke level tertinggi dalam lima minggu, Jumat (7/10/2022) lalu.
Selain itu juga, menguatnya harga minyak di sebabkan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi dan kenaikan suku bunga yang diprediksi naik 75 basis points (bps) pada November mendatang. Mengutip Reuters, minyak mentah Brent berjangka naik 3,7 persen atau USD 3,50 menjadi USD 97,92 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik USD 4,19 atau 4,7 persen di banderol menjadi USD 92,64 per barel.
Terkait kenaikan harga minyak mentah dunia, Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, jika kemudian pemangkasan produksi menyebabkan harga minyak terus melonjak.
Maka, menurutnya PT Pertamina (Persero) pasti akan menaikan harga BBM. Terutama harga BBM jenis Pertamax yang mekanisme penetapan harganya mengikuti pasar.
“Kalau pemangkasan produksi OPEC mampu menaikkan harga, Pertamina pasti akan menaikkan harga BBM Pertamax ke atas. Pasalnya, harga jenis BBM tersebut di tetapkan berdasarkan mekanisme pasar,” kata Fahmy Radhi, Minggu (9/10/2022).




