DPRD Dorong Pembangunan Sirkuit Balap Antisipasi Balapan Liar dan Salurkan Bakat Muda Sampit
SAMPIT, Kalteng.co – Maraknya aksi balapan liar di sejumlah ruas jalan di Kota Sampit tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga menjadi alarm serius tentang kurangnya ruang kreatif dan aman bagi generasi muda penikmat otomotif.
Menanggapi persoalan tersebut, DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendorong percepatan pembangunan sirkuit balap permanen sebagai solusi jangka panjang.
Anggota Komisi I DPRD Kotim, Wahito Fajriannoor menyampaikan, bahwa keberadaan sirkuit bukan hanya untuk menyalurkan hobi otomotif, tetapi juga bagian dari upaya menciptakan ruang aman bagi anak muda, sekaligus mengurangi potensi kecelakaan di jalan raya akibat balapan liar.
“Anak muda ini semangatnya tinggi, banyak yang suka otomotif, tapi mereka tidak punya tempat. Akhirnya larinya ke jalan umum. Kita harus kasih mereka fasilitas, bukan sekadar melarang,” ujar Wahito, Senin (20/10/2025).
Wahito menilai, lokasi latihan sementara di kawasan Dinas Perhubungan (Dishub) Kotim belum cukup efektif. Terbukti, aksi balap liar masih kerap terjadi di sejumlah titik kota, terutama saat malam dan akhir pekan.
Menurutnya, selain mempercepat pembangunan sirkuit, aparat penegak hukum juga harus memperkuat pengawasan dan patroli di titik-titik rawan.
“Penindakan tetap penting, tapi harus dibarengi dengan solusi. Kalau sirkuitnya jadi, anak-anak ini bisa diarahkan ke sana. Mereka juga butuh ruang untuk mengekspresikan diri secara positif,” tegas politisi Partai Demokrat itu.
Terkait progres pembangunan sirkuit, Wahito mengungkapkan bahwa beberapa bagian sudah selesai, termasuk penyediaan lahan dan desain trek. Namun, proses pengaspalan masih tertunda.
“Yang tersisa tinggal pengaspalan. Kami dorong agar ini segera dituntaskan supaya sirkuit bisa segera digunakan,” ungkapnya.
Di tengah isu efisiensi anggaran daerah imbas pengurangan dana transfer dari pusat, Wahito menegaskan bahwa DPRD akan memperjuangkan agar proyek-proyek prioritas, termasuk sirkuit balap, tidak terkena dampaknya.
“Memang benar ada efisiensi anggaran sekitar Rp383 miliar. Tapi kami akan pastikan agar program yang berdampak langsung bagi masyarakat, terutama yang menyangkut keselamatan dan pemberdayaan pemuda, tidak terganggu,” ujarnya.
Lebih dari sekadar proyek infrastruktur, Wahito menekankan bahwa pembangunan sirkuit adalah bagian dari investasi sosial. Memberikan ruang bagi komunitas otomotif tidak hanya membantu mengurangi pelanggaran lalu lintas, tetapi juga bisa mencetak prestasi di bidang olahraga otomotif.
“Kita harus mulai melihat sirkuit ini bukan cuma tempat balapan, tapi sebagai sarana pembinaan anak muda, bahkan potensi wisata dan event otomotif. Ini bisa jadi aset daerah kalau dikelola serius,” tutupnya. (oiq)
EDITOR: TOPAN




