DPRD KOTAWARINGIN TIMURKabar DaerahLEGISLATIF

Ketua Komisi II DPRD Kotim: Kerajinan Tradisional Perlu Diangkat Jadi Ekonomi Kreatif Desa

SAMPIT, Kalteng.co – Ketua Komisi II DPRD Kotawaringin Timur (Kotim), Akhyanoor, menyoroti pentingnya mengembangkan kerajinan tradisional lokal sebagai bagian dari ekonomi kreatif berbasis budaya. Ia menilai, sektor ini belum sepenuhnya digarap maksimal, padahal menyimpan potensi besar sebagai sumber pendapatan masyarakat desa dan alat pelestarian identitas daerah.

Akhyanoor menyebut bahwa Kotim memiliki kekayaan kerajinan yang beragam, mulai dari anyaman rotan dan purun, batik ecoprint, olahan limbah kayu, hingga ukiran. Bahkan, menurutnya, terdapat peluang baru dari pemanfaatan limbah alam seperti kulit kerang dari Pantai Ujung Pandaran dan batok kelapa yang belum banyak dilirik.

“Kerajinan seperti anyaman lidi atau batok kelapa memang sederhana, tapi jika dikelola secara kreatif dan konsisten, bisa berkembang jadi produk ekonomi kreatif yang bernilai,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).

Namun, tantangan terbesar saat ini adalah rendahnya minat generasi muda untuk menekuni dunia kerajinan. Akhyanoor menilai, perubahan gaya hidup dan kurangnya edukasi menjadi penyebab generasi penerus mulai meninggalkan keterampilan tradisional.

“Kalau kita tidak mulai menanamkan sejak dini, maka generasi muda akan makin jauh dari akar budaya mereka sendiri,” katanya.

Selain tantangan regenerasi, keterbatasan anggaran daerah juga menjadi hambatan serius dalam upaya pelestarian dan pengembangan kerajinan lokal. Akhyanoor mendorong agar penguatan sektor ini bisa dilakukan melalui kolaborasi antara koperasi, pelaku usaha mikro, dan optimalisasi dana desa.

“Dengan dukungan Koperasi Merah Putih dan Dinas KUKMPP, kami berharap ada skema pembinaan dan pemasaran produk lokal yang lebih terpadu,” ungkapnya.

Terkait potensi kulit kerang sebagai bahan baku kerajinan, Akhyanoor juga mengingatkan pentingnya pengelolaan yang ramah lingkungan agar tidak merusak ekosistem pantai. Ia melihat peluang ini bisa menjadi inovasi desa pesisir yang berkelanjutan, sekaligus membuka lapangan kerja baru.

“Kita perlu pikirkan agar ekonomi jalan, tapi lingkungan tetap terjaga,” tegasnya.

Menurutnya, jika potensi ini dikelola secara serius, kerajinan khas Kotim tidak hanya bisa bertahan sebagai warisan budaya, tetapi juga berkembang sebagai sektor ekonomi kreatif yang memperkuat daya saing desa-desa di era modern.

“Ini bukan hanya soal melestarikan tradisi, tapi juga soal masa depan ekonomi masyarakat desa,” tutupnya. (oiq)

EDITOR: TOPAN

Related Articles

Back to top button