Antisipasi Cuaca Ekstrim, Komisi V DPR RI Dorong Basarnas Tingkatkan Edukasi Keselamatan
JAKARTA, Kalteng.co – Memasuki liburan Natal dan Tahun Baru (NATARU), Indonesia diperkirakan akan menghadapi cuaca ekstrem berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang berlangsung dari November 2024 hingga Maret 2025. Komisi V DPR RI meminta Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi akibat kondisi cuaca tersebut.
Anggota Komisi V DPR RI, dari Fraksi PAN, Muhammad Syauqie, menekankan pentingnya pelaksanaan kegiatan Forum Komunikasi Potensi Pencarian dan Pertolongan (FKP3) seperti SAR Goes to School dan pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, kegiatan tersebut perlu ditingkatkan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dengan melibatkan kampus dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) untuk memperluas jangkauan edukasi keselamatan.
“Kami siap mengawal pelaksanaan kegiatan FKP3 di Kalimantan Tengah. Edukasi tentang keselamatan, langkah penyelamatan diri dalam situasi darurat, serta pelatihan preventif harus terus disosialisasikan secara kolektif kepada masyarakat,” ujar Syauqie dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Kusworo, Selasa (12/11/2024).
Berkaca pada bencana banjir besar yang melanda Kalimantan Tengah beberapa waktu lalu, Syauqie menegaskan pentingnya koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, Basarnas, dan masyarakat. “Banjir besar di Kalimantan Tengah menjadi pelajaran penting bahwa kita perlu meningkatkan respons tanggap darurat dan edukasi kepada masyarakat untuk meminimalkan dampak bencana,” tambahnya.
Komisi V DPR RI bersama Basarnas juga menyepakati sejumlah langkah strategis, di antaranya:
1. Meningkatkan pelatihan potensi SAR dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan pemerintah daerah dan kelompok masyarakat.
2. Memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk mempercepat proses evakuasi korban kecelakaan dan bencana alam.
3. Mengoptimalkan response time dalam upaya penyelamatan korban kecelakaan dan bencana.
Syauqie menambahkan bahwa kolaborasi dengan kampus dan Ormas menjadi penting untuk menyebarluaskan edukasi keselamatan. Hal ini dinilai sebagai langkah preventif dalam membangun kesiapan masyarakat menghadapi situasi darurat.
“Keterlibatan berbagai pihak, termasuk kampus dan Ormas, akan memperkuat kesadaran kolektif masyarakat tentang keselamatan. Ini adalah upaya preventif yang tidak bisa diabaikan,” tegasnya.
Dengan potensi bencana yang meningkat akibat cuaca ekstrem, Basarnas diharapkan mampu memberikan respons cepat dan terkoordinasi untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk yang ditimbulkan, sekaligus memperkuat mitigasi bencana demi mengurangi risiko yang lebih besar. (pra)
EDITOR : TOPAN