Keempat, lahirnya fanatisme terhadap kekuasaan. Berbagi penyebab yang sudah digambarkan di atas, pada akhirnya mengakibatkan fanatisme publik terhadap kekuasaan. Dalam konteks kepemimpinan yang ideal dengan prestasi dan kinerja kerja yang jelas, fanatisme publik mungkin bisa dibenarkan. Tetapi, dalam banyak kasus, fanatisme publik sering kali tidak berangkat dari penilaian terhadap kinerja dan prestasi kerja melainkan gimik kekuasaan semata.
Pencitraan itu baik, tetapi tidak selalu linear dengan kinerja dan prestasi kerja pejabat politik. Pencitraan yang ditampilkan secara berulang-ulang di depan masyarakat merupakan cara kerja politik yang dapat menggerus kualitas nalar publik.
Masyarakat pada akhirnya lebih bersemangat jika pemimpin itu dekat dengan mereka, murah senyum, rajin turun ke lapangan, atau selalu hadir jika di undang dalam suatu hajatan keluarga. Sementara urusan kinerja dan prestasi kerja justru kurang mendapatkan atensi.
Dampak Konflik Horizontal
Beberapa kebijakan populer oleh pemerintah saat ini sering kali mampu mengaburi berbagai persoalan penting dalam tata kelola kebijakan. Dengan demikian, kontrol publik melalui kritik cenderung berbenturan dengan masyarakat itu sendiri.