PENDIDIKAN

UPR Harus Mampu Menjadi Universitas Unggul

PALANGKA RAYA, Kalteng.co – Calon Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Nomor urut 1, Dr. Ir. Aswin Usup, M.Sc menegaskan, UPR sebagai salah satu universitas yang sedang berkembang, pembinaannya tidak cukup hanya bersifat normatif sesuai ketentuan DIKTI.

Namun perlu adanya terobosan yang signifikan untuk mengembangkan kemampuan khusus atau keunggulan lokal yang tidak dimiliki universitas lain, sehingga UPR bisa berkompetisi serta berdaya saing dengan universitas yang sudah maju di Indonesia.

“keunggulan lokal yang kompetitif sebenarnya sudah dirumuskan para pendiri UPR yang disusun dalam pola ilmiah pokok yakni Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Pengelolaan Daerah aliran Sungai dan lahan Gambut. Hal ini tentunya menjadikan UPR sebagai Universitas Mandiri dalam mewujudkankan keunggulan lokal sebagai Pusat Data dan Riset Gambut berskala Internasional, yang mampu berperan aktif dalam pembangunan Bangsa melalui proses Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat,” ucap Aswin saat dikonfirmasi Kalteng.co via Whatsapp, Sabtu (23/7/2022).

https://kalteng.cohttps://kalteng.co

Dikatakannya, UPR sudah mulai menampakkan diri dalam Peringkat Nasional, yaitu dalam posisi 84 pada Juli 2020 dan Peringkat 76 pada Juli 2021 terbaik Nasional versi Webomatrics, dengan visibility impact, openness dan Excellence yang mulai dirasakan masyarakat akademik dunia.

“Hal ini merupakan kebanggan bagi saya dan seluruh civitas akademika. Karena itu, terima kasih yang tak terhingga kepada Para Rektor UPR terdahulu, terutama kepada Dr Andrie Elia SE MSi, Rektor UPR Periode 2018-2022, yang telah membawa UPR meloncat ke tempat yang layak secara Nasional,” ujarnya.

Kendati demikian, ia telah menyiapkan sejumlah misi apabila terpilih sebagai Rektor UPR periode 2022-2026. Diantaranya yakni menyelenggarakan pendidikan yang berstandar nasional, berkarakter, dan berdaya saing baik nasional maupun Internasional, peningkatan fasilitas utama, fasilitas penunjang, taman kampus, laboratorium dan kampus lapangan.

peningkatan kapasitas dan pendanaan untuk dosen meneliti, dosen menulis, dosen mengabdi dan dosen mengajar dalam Bahasa Inggris.

Kemudian, Peningkatan layanan dan tatakelola universitas yang luwes, transparan dan bertanggung jawab. Kelima membangun badan usaha sebagai Holding Company untuk menaungi berbagai usaha UPR menuju Badan Layanan Umum.

“Misi tersebut tentunya terintegrasi dengan program kerja prioritas saya kedepannya, yaitu pendidikan dan lulusan, penataan lingkungan kampus bersih dan Indah, penelitian dan publikasi ilmiah, digitalisasi UPR, enterpreneur , kesejahteraan dosen dan tenaga pendidik,” tandasnya.

Dijelaskannya, program pendidikan dimulai dari meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mahasiswa dengan mewajibkan dosen mengajar mengunakan Bahasa Inggris secara penuh. Minimal dua mata Kuliah pada setiap semester.

“Saya belajar dari Malaysia kenapa mereka lebih maju, karena penguasaan Bahasa Inggris mahasiswa jauh lebih bagus dari Indonesia. Strategi mereka menggunakan Bahasa Inggris untuk kegiatan formal. Minimal nanti dua mata kuliah harus pakai Bahasa Inggris full. Pelan-pelan, sampai 50 persen,” ungkapnya.

Apabila UPR jika menjadi Badan Layanan Umum (BLU) , ketua LPPM UPR ini juga sudah menyiapkan rencana pembuatan perusahaan sebagai holding company melalu kerjasama dengan perusahaan sawit mengolah CPO menjadi minyak goreng.

Daerah itu punya jatah 20 persen dari produksi CPO. Kita beli jatah itu untuk diolah. Jadi kita tak perlu menanam sawit. Sehingga minyak goreng di Kalteng bisa jadi murah.

Kemudian pembangunan industri beras. Beli beras dari petani di Food Estate. Kemudian beras yang bagus dikemas dan dijual, dan yang kurang bagus bisa diolah jadi tepung.

“Kalau UPR bisa memainkan peran ini, maka pendanaan BLU bisa diatasi,” tegasnya.

Selain itu, UPR memiliki 50 ribu hektare hutan lahan gambut. Ini bisa dimasukkan dalam skema carbon trading atau perdagangan karbon. Bisa dapat dana Rp50 miliar. Dengan skema REDD+, bisa mendapatkan dana itu yang nanti bisa untuk penelitian.

“Saya punya strategi itu, yakni saat penerimaan dosen harus sudah S3. Ini supaya mempercepat akreditasi unggul. Apalagi jika nanti mau jadi PTNBH, minimal 60 persen akreditasi harus unggul,” pungkas pria lulusan S-2 dan S3 Hokkaido Japan Univercity ini. (ina)

Related Articles

Back to top button