NASIONALPOLITIKA

Menko Airlangga Nilai, RI Dapat Keluar Dari Resesi Global Tahun Depan. Mukhtarudin: Kita Optimis

JAKARTA, Kalteng.co – Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Mukhtarudin mengatakan, Indonesia dapat terlepas dari jerat resesi. Ini terjadi setelah ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 yang berhasil melesat 5,72 persen.

Menurut Mukhtarudin, dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut, pertanda positif jika Indonesia dapat keluar dari resesi global 2023.

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Hal tersebut Mukhtarudin sampaikan menanggapi pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, yang menilai Indonesia bisa keluar dari resesi global di tahun depan, lantaran berbagai lembaga internasional turut memproyeksikan ekonomi RI mampu tumbuh 4,8 persen hingga 5,1 persen di 2023.

“Tentu kita optimis karena program ekonomi yang selama ini dijalankan berada di jalan yang benar atau on the track,” beber Mukhtarudin, Kamis, (10/10/2022).

https://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.cohttps://kalteng.co

Meski dunia diramalkan gelap akibat resesi di tahun 2023, namun politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah (Kaltrng) ini optimistis, Indonesia bisa lolos dari jurang resesi. Hal tersebut dikarenakan ekonomi Tanah Air mulai pulih ditandai dengan melaindainya tekanan inflasi.

Untuk diketahui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, beberapa lembaga juga telah bersepakat dengan Indonesia, bahwa Indonesia bisa menjadi the bright spot in the dark.

“Tedapat beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk menghindari resesi global pada tahun 2023, salah satunya yakni dengan menjaga daya beli serta memperkuat nilai tukar rupiah,” kata Airlangga, Selasa, (8/10/2022).

Penguatan kurs Garuda lanjutnya, dapat dilakukan dengan mendorong Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan melakukan kerjasama mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) dengan beberapa negara, sehingga Bank Indonesia (BI) dapat mendorong pembatasan kebutuhan akan devisa. Selain itu, reformasi struktural yang dilakukan melalui implementasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja pun akan terus dilanjutkan.

Dia juga membeberkan, daya tahan perekonomian Indonesia sekitar 50,38 persen berasal dari konsumsi domestik, apabila dilihat dari komponen pengeluaran. Sementara itu, ketergantungan terhadap ekspor hanya 26,23 persen, sehingga tidak terlalu berpengaruh.

Di sisi inflasi, Indonesia pun belakangan telah mengalami deflasi sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkualitas karena pertumbuhan ekonomi sedikit di atas angka inflasi.

“Kita juga melihat dari investasi terjadi peningkatan sehingga tentu penyerapan oleh investor domestik menjadi bantalan daripada keluarnya modal asing,” pungkas Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (pra)

Related Articles

Back to top button