Perekonomian Kalteng Terkontraksi 3,15 Persen
PALANGKA RAYA-Perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Triwulan Tahun 2020, dari sisi permintaan, melemahnya permintaan domestik menjadi penyebab terkontraksinya pertumbuhan. Perekonomian Kalteng terkontraksi sebesar 3,15% (yoy) di triwulan II 2020, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,95% (yoy).
“Melemahnya permintaan domestik (konsumsi dan investasi) menjadi penyebab melemahnya perekonomian dari sisi permintaan. Meskipun melemah, namun pertumbuhan Kalteng masih sedikit lebih baik dari regional Kalimantan pada umumnya,” ucap Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalteng, Yudo Herlambang, baru-baru ini.
Menurut dia, Hasil Survei Konsumen (SK) BI, keyakinan konsumsi masyarakat relatif rendah di masa pandemi. Hasil survei konsumen BI Kalteng sampai triwulan II 2020 menunjukkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tercatat 82,21. Hal ini menggambarkan rendahnya keyakinan masyarakat dalam melakukan aktivitas konsumsi.
“Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) mengalami penurunan paling dalam dan berada pada level 55,04. Pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap perekonomian menjadi penyebab rendahnya keyakinan konsu
Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Ke depan (IEK) menunjukkan angka yang cukup baik yakni 109,38, hal ini menjadi sinyal optimism masyarakat terhadap kondisi perekonomian ke depan. “Namun hal ini sangat bergantung kepada penanganan Covid-19 dari sisi penanganan kesehatan maupun ekonomi,” tambahnya.
Dari sisi penawaran, lanjut dia, melemahnya kinerja pertambangan, konstruksi, dan perdagangan menjadi penyebab kontraksi. Menurunnya kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha konstruksi, serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, menjadi faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi Kalteng triwulan II 2020.
“Ketidakpastian perekonomian yang mempengaruhi produksi dan konsumsi pelaku usaha dan masyarakat menjadi penyebab menurunnya kinerja lapangan usaha di Kalteng,” ungkapnya.
Untuk pertumbuhan ekonomi sektoral, jelas dia, terjaganya produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi penyebab tetap terjaganya pertumbuhan lapangan usaha pertanian. Meningkatnya produksi TBS, berpengaruh pada input industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) yang juga mengalami peningkatan. Menurunnya produksi batu bara disebabkan oleh pola musiman permintaan negara mitra dagang Jepang yang cenderung menurun pasca melewati musim dingin. Ketidakpastian perekonomian yang mempengaruhi pendapatan swasta dan realokasi anggaran proyek pemerintah menjadi penyebab menurunnya kinerja konstruksi.
“Menurunnya daya beli masyarakat dan terbatasnya aktivitas perekonomian menjadi penyebab terkontraskinya perdagangan,” terangnya.
Sedangkan pangsa invetasi sektoral triwulan II tahun 2020, tambah dia, untuk Penanaman Modal Asing (PMA) adalah USD62,44 Juta. Besarnya pangsa asing di sektor LGA berhubungan dengan penyelesaian akhir PLTU Tumbang Kajuei. Sementara itu besarnya pangsa sektor perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan investasi yang bersifat rutin.
“Untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah Rp1,71 triliun. Kepemilikan perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit yang umumnya dimiliki pengusaha domestik menjadi penyebab besarnya andil PMDN pada sektor tersebut,” tandasnya. (aza)