PALANGKA RAYA, Kalteng.co–Bertepatan dengan 10 November 2020, Universitas Palangka Raya genap berusia 57 tahun. Selama dua tahun terakhir ini, sejumlah kemajuan di berbagai bidang telah dicapai. Target jangka panjang UPR adalah bisa menjadi perguruan tinggi (PT) bertaraf internasional.
“Rencana jangka panjang, tahun 2025 hingga 2034, UPR harus mampu menjadi perguruan tinggi PTN BH, perguruan tinggi bertaraf internasional,” kata Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia, saat menyampaikan pidato secara daring dalam rapat senat Universitas Palangka Raya dalam rangka Dies Natalis ke-57, Selasa pagi (10/11).
Sedangkan program jangka menengah lima tahunan (2020-2024), Andrie mengatakan UPR harus mampu menjadi perguruan tinggi Badan Layanan Umum (BLU). Hal itu menjadi bagian dari persiapan menuju perguruan tinggi bertaraf internasional. Untuk mencapai target itu, pimpinan UPR telah menetapkan arah kebijakan strategis universitas.
Kebijakan itu meliputi penatakelolaan universitas yang baik (good university governance), meningkatkan kualitas penelitian, publikasi ilmiah, dan pengabdian masyarakat, mengembangkan dan mengelola kapasitas, kuantitas, dan kualitas sumber daya akademik dan administrasi, serta meningkatkan kualitas perkuliahan.
Selain itu, kebijakan strategis lainya yakni memperkuat dan mengembangkan infrastruktur sebagai sarana pendukung kegiatan akademik dan nonakademik, serta mengembangkan dan menerapkan tata kelola keuangan yang transparan, akuntabel, mandiri, dan wajar.
Meningkatkan sistem penjaminan mutu akademik dan nonakademik yang berkelanjutan. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja sama akademik dan nonakademik. Menanamkan nilai-nilai universitas untuk menciptakan kebanggaan terhadap almamater.
“Arah kebijakan strategis universitas tersebut dikembangkan secara sinergi di tingkat universitas yang meliputi program kerja para wakil rektor, lembaga, biro, dan UPT, dan tingkat fakultas yang meliputi program kerja dekan, para wakil dekan, koordinator program studi, dan kepala laboratorium/bengkel kerja,” kata Andrie yang telah memimpin UPR selama dua tahun.
Selama dua tahun ini, ada sejumlah capaian fisik dan nonfisik yang berhasil diwujudkan UPR pada usinya yang ke-57. Capaian fisik meliputi peningkatan kapasitas ICT, tersusunnya master plan, berdirinya gedung SBSN, berdirinya technopark yang merupakan pusat pertanian terpadu di lahan gambut, berdirinya kebun raya, dan adanya center of excellence (COE).
Capaian nonfisik di bidang akademik meliputi meningkatnya akreditasi beberapa program studi. Sebelum September 2018, belum ada prodi yang mendapat akreditasi A. Saat ini sudah ada dua prodi yang mendapat akreditasi A. Sedangkan prodi berakreditasi B bertambah jumlahnya dari 25 prodi menjadi 39 prodi. Sementara prodi akreditasi C berkurang menjadi 13.
“Di antara prodi yang dapat akreditasi B, ada satu prodi yang menggunakan penilaian 9 kriteria. Semua prodi yang masih akreditasi C, saat ini sedangkan menjalani proses re-akreditasi,” ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dr Salampak menambahkan penjelasan rektor.
Masih di bidang akademik, capaian lainnya yang diraih UPR yakni pengelolaan PD Dikti menjadi lebih baik. Kemudian penghargaan didaptkan dari sejumlah ajang, mulai dari tingkat nasional sampai internasional. Di antaranya Silver Medal on World Invention Technology Expo 2019 di Jakarta dan penghargaan pada ajang lomba di tingkat nasional.
Sementara di bidang penelitian, dosen UPR telah melaksanakan kegiatan hibah penelitian baik dari pusat (Kementerian Pertanian, KLHK, Kelautan, Kemendikbud, Kemenko PMK) maupun dari pemerintah daerah berupa penelitian kerja sama serta penelitian dengan luar negeri.
Pada bidang pengabdian, dosen UPR telah melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk penyuluhan, pelatihan, dan penerapan teknologi. Juga berperan serta dalam program food estate, kegiatan Badan Restorasi Gambut (BRG), dan kerja sama dengan pemerintah daerah.
Seiring dengan banyaknya capaian itu, ada pula tantangan yang harus dihadapi UPR. Di antaranya kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan adanya perubahan sistem pembelajaran dari luring menuju daring. Dosen dan mahasiswa wajib melakukan perkuliahan dengan sistem daring dengan tetap mengutamakan mutu atau kualitas pembelajaran.
Tantangan lainnya, menghadapi proses pendidikan “Merdeka Belajar”, perlu adanya peningkatan kualitas atau mutu pendidikan melalui pengelolaan mata kuliah unggulan yang mengacu pada pola ilmiah pokok Universitas Palangka Raya agar proses pembelajaran tetap eksis.
Dalam rangka perayaan Dies Natalis ke-57 UPR, sidang senat terbuka Universitas Palangka Raya (UPR) mengangkat tema “Membangun Ekosistem Pembelajaran Yang Adaptif dan Inovatif Menuju UPR Jaya Raya”. Kegiatan itu dihadiri secara daring oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI Prof Ir Nizam PhD, Ketua Majelis Rektor Prof Dr Jamal Wiwoho, dan mantan Rektor UPR periode 2017-2018 Dr Agus Indarjo.
“Setiap orang akan melihat akreditasi sebuah perguruan tinggi. Saya senang mengetahui 98 persen akreditasi sudah baik dan beberapa lainnya juga sudah unggul,” ujar Agus Indarjo dalam sambutannya.
Agus menyebut masih mengingat apa yang dikatakannya saat Dies Natalis 2017 lalu. Ia mengatakan bahwa usia harus menyesuaikan prestasi. Kala itu ia yakin bahwa UPR akan mampu sejajar dengan perguruan tinggi lainnya di Pulang Kalimantan dan Pulau Jawa. Dan harapan itu sudah terjawab oleh UPR saat ini.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI Prof Ir Nizam PhD mengatakan, kemajuan sebuah bangsa ke depan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia. Pada era disrupsi ini, peran perguruan tinggi menjadi sangat penting. Ia berharap UPR bisa terus menjadi inspirasi dan menghasilan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Ketua Majelis Rektor Prof Dr Jamal Wiwoho menuturkan, saat ini baru terdapat 12 perguruan tinggi yang sudah menjadi BLU. Ia berharap UPR bisa menyusul dan masuk dalam kategori perguruan tinggi klaster satu, bahkan menjadi klaster internasional.
“Saya lihat rektor ini sangat progresif. Saya yakin bisa membawa UPR lebih baik lagi. Saya bangga,” ujar Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia, Prof Dr Jamal Wiwoho dalam sambutannya.
Bersamaan dengan perayaan Dies Natalis ke-57 kemarin, UPR memberikan penghargaan kepada tujuh orang tokoh pendahulu yang berjasa terhadap UPR. Mereka adalah Drs. H. Nang Patianom (Kuasar Presideium UPR 1981-1983), Prof KMA M Usop MA (Rektor 1983-1991), HF Sahay (Kepala Biro Administrasi Umum), Barthel Rangka (Kabag TU LPM), Prof Dr Amris Makmur (Rektor UPR 1991-1995), Dr Suwido H Limin (Direktur Cimtrop), Dra Regina MP (Wakil Dekan FEB). Nama ketujuh tokoh tersebut diabadikan menjadi nama jalan di lingkungan UPR. (sma/ce/ala)




