PENDIDIKANUNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Tim Dosen UPR Dorong Pengembangan Pertanian Dengan Sistem Balur Apung

PULANG PISAU, Kalteng.co – Tim Dosen Universitas Palangka Raya (UPR) melaksanakan pelatihan sistem pertanian balur apung, dimana kegiatan itu merupakan bagian dari Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), di Desa Tanjung Sangalang, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau, belum lama ini.

Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) BIMA UPR yang diketuai Neny Kurniawati, M.Si. ini beranggotakan Samsul Arifin, M.Si. dan Odi Andanu, M.T. serta dibantu mahasiswa Darnius Harefa, Nur Hidayat, Walman Lumban Raja, Daniel M. Garang, Masitoh Sarah, sesuai dengan Nomor 0667/E5/AL.04/2024.

Neny Kurniawati, saat dikonfirmasi Kalteng.co via Whatsapp mengatakan, Pertanian Balur Apung merupakan implementasi sistem pertanian yang menggunakan rakit terapung sebagai media untuk menanam tanaman.

“Konsep ini memanfaatkan lahan tergenang atau daerah aliran sungai yang biasanya tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian konvensional karena risiko banjir. Dengan menggunakan sistem ini, rakit-rakit tersebut dapat diatur sedemikian rupa sehingga tetap mengapung di permukaan air, memungkinkan tanaman untuk tumbuh di atasnya,” ucap Neny.

Dijelaskan bahwa tahapan yang dilaksanakan adalah pembuatan balur apung, penyemaian bibit tanaman, pemindahan tanaman pada polybag, pembuatan pupuk organik dan pembuatan alat sistem penyiraman otormatis.

“Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dimulai tanggal 1 Juni-18 November 2024 dimulai dengan pembuatan balur apung pertanian sampai dengan evaluasi sistem pertanian yang diterapkan. Tanaman yang ditanam adalah cabai, tomat dan terong untuk pertanian sayur,” ujarnya.

Balur Apung yang dikembangkan dengan memanfaatkan jeriken bekas yang dirakit kerangka kayu yang tahan terhadap air. Dalam pembuatannya ukuran yang digunakan dalam  1(satu) balur apung adalah 1,5×4 meter yang dapat menampung 100 polybag dengan ukuran 35×35 cm.

Kendati demikian, sambungnya, Pertanian balur apung menawarkan beberapa keunggulan, diantaranya mudah dalam perawatan dan dapat menjadi solusi keterbatasan lahan di daerah aliran sungai untuk pertanian.

“Hal ini dapat membantu mengatasi masalah minimnya lahan pertanian yang produktif akibat banjir, yang seringkali menjadi kendala di daerah-daerah yang rawan banjir. Dengan menggunakan teknologi ini, petani dapat tetap melakukan kegiatan pertanian meskipun lahan mereka tergenang, sehingga dapat meningkatkan produksi pangan lokal,” ungkapnya.

Selain itu, teknologi balur apung dinilai dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan air dari aliran Sungai dan nutrisi tanaman, karena rakit-rakit tersebut dapat dirancang untuk memanfaatkan sumber daya secara optimal.

“Saya ucapkan terima kasih kepada kelompok tani yang telah membantu dalam membuat balur apung dan mengangkat bersama-sama ke sungai. Harapannya program ini dapat bermanfaat dan banyak menginspirasi masyarakat sekitar untuk bertani di wilayah aliran sungai menggunakan balur apung,” pungkasnya. (Ina)

EDITOR: TOPAN

Related Articles

Back to top button