Dolar AS Meroket, Rupiah Terpuruk Hampir Tembus Rp 16.000: Ancaman Perang Dagang dan Imbas Kebijakan Trump
KALTENG.CO-Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali mencatat rekor terendah dalam beberapa tahun terakhir. Pelemahan rupiah yang signifikan hingga hampir menembus level Rp 16.000 per dolar AS ini tentu saja menjadi perhatian serius bagi seluruh lapisan masyarakat. Ancaman perang dagang yang semakin intensif, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok, menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pelemahan rupiah.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan, dolar AS telah naik selama delapan minggu berturut-turut. Dengan banyak indikator teknis yang menunjukkan overbought karena taruhan bahwa kebijakan Trump akan memicu inflasi dan semakin mendukung dolar.
Menurutnya, hal itu terjadi setelah Presiden terpilih AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan tambahan pada Tiongkok dan negara-negara lain. Sehingga meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang baru.
“Trump mengatakan di jejaring sosial Truth Social miliknya, bahwa ia akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen pada barang-barang dari Tiongkok dan 25 persen pada semua produk dari Meksiko dan Kanada. Langkah ini dimaksudkan untuk mengurangi migran dan obat-obatan terlarang yang melintasi perbatasan AS,” kata Ibrahim dalam analisis, Selasa (26/11/2024).
Ancaman Perang Dagang Membayangi
Kenaikan tajam nilai dolar AS yang berbanding lurus dengan pelemahan rupiah tidak terlepas dari kebijakan proteksionisme yang digaungkan oleh pemerintahan Amerika Serikat. Rencana penerapan tarif tambahan pada sejumlah produk impor, terutama dari Tiongkok, telah meningkatkan ketidakpastian di pasar global. Investor cenderung memilih aset yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS, sehingga meningkatkan permintaan terhadap mata uang negara adidaya tersebut.
Dampak terhadap Ekonomi Indonesia
Pelemahan rupiah yang signifikan tentu saja berdampak luas terhadap perekonomian Indonesia. Beberapa dampak yang perlu diwaspadai antara lain:
- Kenaikan Inflasi: Pelemahan rupiah akan mendorong kenaikan harga barang-barang impor, terutama bahan baku produksi. Hal ini berpotensi meningkatkan inflasi dan mengurangi daya beli masyarakat.
- Meningkatnya Beban Utang Luar Negeri: Perusahaan dan pemerintah yang memiliki utang dalam denominasi dolar AS akan menghadapi beban yang lebih berat untuk membayar utangnya.
- Terhambatnya Pertumbuhan Ekonomi: Pelemahan rupiah dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama sektor ekspor yang sangat bergantung pada permintaan global.
- Meningkatnya Ketidakpastian Investasi: Investor asing akan cenderung lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya di Indonesia akibat kondisi pasar yang tidak stabil.
Upaya Pemerintah Mencegah Krisis
Menyadari dampak buruk dari pelemahan rupiah, pemerintah telah mengambil sejumlah langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan perekonomian secara keseluruhan. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain: