BeritaNASIONALUtama

28 Jurnalis Jadi Korban Kekerasan dalam 6 Bulan Terakhir, Kejagung dan Dewan Pers Perkuat Kolaborasi

KALTENG.CO-Kekerasan terhadap jurnalis semakin mengkhawatirkan. Dalam enam bulan pertama tahun 2024, setidaknya 28 kasus kekerasan terhadap jurnalis telah tercatat. Menanggapi hal ini, Kejaksaan Agung dan Dewan Pers memperkuat kolaborasi untuk melindungi keselamatan para jurnalis.

Dalam diskusi media gathering yang digelar pada Rabu (24/7/2024), Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya kasus kekerasan terhadap jurnalis. Berbagai bentuk kekerasan, mulai dari intimidasi hingga serangan fisik, semakin sering terjadi.

Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam terhadap maraknya kasus kekerasan terhadap jurnalis. “Berbagai bentuk kekerasan semakin sering terjadi, mengancam kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat,” ujar Ninik.

Bentuk kekerasan yang terjadi pun beragam, mulai dari teror, intimidasi, kekerasan berbasis gender, kekerasan fisik, hingga serangan digital.
“Berbagai bentuk kekerasan semakin sering terjadi, mengancam kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat,” ujar Ninik.

Dukung Penuh dari DPR RI

Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, turut menyuarakan dukungannya terhadap penguatan perlindungan terhadap jurnalis. “Kolaborasi antara Kejagung dan Dewan Pers sangat diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,” tegas Sahroni.

Politikus NasDem ini menilai, kekerasan terhadap jurnalis merupakan ancaman serius bagi kualitas demokrasi. “Jika dibiarkan, hal ini akan membungkam suara rakyat dan menghambat arus informasi yang bebas,” tambah Sahroni.

Sahroni menekankan pentingnya peran penegak hukum dalam melindungi jurnalis. “Polri dan Kejagung harus siap menjadi benteng terakhir bagi jurnalis yang mendapat ancaman. Kita tidak ingin lagi ada jurnalis yang diintimidasi atau diserang,” ujarnya.

Kualitas Demokrasi Terukur dari Kebebasan Pers

Menurut Sahroni, kualitas demokrasi suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana kebebasan pers dijamin. “Jika pers takut untuk menyuarakan kebenaran, maka demokrasi kita sedang sakit,” tegasnya. (*/tur)

Related Articles

Back to top button