Bitcoin Terancam Turun ke Level 2021? Analis Waspadai Level Krusial USD 69.000

KALTENG.CO-Pasar kripto sedang dilanda ketidakpastian. Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, mengalami penurunan harga yang signifikan dalam beberapa hari terakhir.
Muncul kekhawatiran bahwa BTC bisa kembali ke level harga tahun 2021. Analis memperingatkan bahwa level USD 69.000 (sekitar Rp 1,12 miliar) menjadi krusial dan harus diwaspadai.







Bitcoin saat ini masih berjuang untuk bertahan di kisaran harga USD 78.000 – 80.000 (Rp 1,26 – 1,29 miliar). Namun, tekanan jual yang kuat terus menghantui pasar kripto. Dalam seminggu terakhir, BTC mengalami penurunan 14%, mencetak candle merah mingguan terbesar dalam sejarahnya, menurut laporan Cointelegraph.
Prediksi Analis: Level USD 69.000 Jadi Batas Bawah










Analis Timothy Peterson, pencipta indikator Lowest Price Forward, memprediksi bahwa USD 69.000 bisa menjadi level harga yang “tidak akan dilanggar” dalam jangka panjang. Indikator ini sebelumnya terbukti akurat dalam memprediksi bahwa BTC tidak akan turun di bawah USD 10.000 pada tahun 2020.
“Lowest Price Forward tidak memberi tahu Anda ke mana Bitcoin akan pergi, tetapi di mana Bitcoin tidak akan berada,” ujar Peterson di platform X.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penurunan Harga Bitcoin:
Menurut CoinDesk, ada beberapa faktor makroekonomi yang memperburuk sentimen pasar kripto, di antaranya:
- Lonjakan yield obligasi Jepang: Yield obligasi Jepang mencapai level tertinggi dalam 17 tahun, memperkuat yen dan mengurangi minat investor terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.
- Kekecewaan terhadap KTT Kripto: KTT Kripto gagal memberikan kebijakan pro-kripto yang diharapkan investor.
- Kekhawatiran inflasi AS: Data Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) AS yang akan dirilis pekan ini dapat memicu volatilitas pasar.
- Kebijakan The Fed: Federal Reserve (The Fed) belum memberikan sinyal pemangkasan suku bunga, yang membuat aset berisiko seperti kripto sulit mendapatkan momentum bullish.
- Hilangnya support 200-day SMA: Bitcoin telah kehilangan support 200-day Simple Moving Average (SMA), yang biasanya menjadi indikator tren bullish.