Demi Efisiensi, KPU Kaji Wacana Penggabungan Suara
Upaya penyederhanaan teknis pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang terus di godok. Salah satu wacana terbaru yang tengah di kaji penyelenggara adalah penyederhanaan surat suara.
SEPERTI di ketahui, dalam pemilu yang bakal di laksanakan pada 2024 nanti, ada lima jenis pemilihan yang di gelar bersamaan. Yakni pemilihan presiden (pilpres), DPR RI, DPD RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.
Jika mengacu pada Pemilu 2019, ada lima surat suara yang harus di coblos pemilih. Karena itu perlu di lakukan penyederhanaan agar tidak melelahkan.
Ketua KPU RI Ilham Saputra menyatakan, desain lima surat suara cukup memberatkan. Baik bagi pemilih maupun penyelenggara. Karena itu, penyederhanaan surat suara menjadi salah satu objek kajian saat ini.
“Bisa saja hanya satu surat suara atau dua,” katanya dalam diskusi, Minggu (30/5).
Penyederhanaan Desain Surat Suara
Teknisnya, lanjut Ilham, masih di bicarakan lebih jauh. Apakah surat suara pilpres dan pemilihan DPR/DPD di gabungkan atau bahkan jadi satu seluruhnya. Termasuk di kaji bagaimana menggabungkannya agar efisien dan memudahkan.
Ilham mengatakan, ada banyak hal yang harus di pertimbangkan dalam penyederhanaan desain surat suara. Selain kemudahan dan pemahaman pemilih, juga perlu di lihat aspek teknis lain seperti pendistribusiannya.
“Logistik jangan tertukar (antardaerah, red) karena baru buat kita,” imbuhnya. Hal yang paling penting adalah pemahaman masyarakat akan desain barunya.
Peneliti Network for Democracy and Electoral Integrity Hadar Nafis Gumay mendukung rencana tersebut. Dia mengungkapkan, praktik penggabungan beberapa jenis pemilihan dalam satu surat suara banyak di lakukan negara lain, termasuk Amerika Serikat.
“Surat suara nggak sendiri-sendiri, tapi jadi satu,” ucap mantan komisioner KPU RI itu.
Hadar menambahkan, desain yang di gunakan pada pemilu lalu sangat melelahkan. Pemilih harus membuka lima surat suara yang berbeda. Begitu pun dengan petugas yang harus menghitung lima surat suara secara berulang-ulang.
“Banyak hal (aktivitas, red) yang sama di ulang, dan itu meletihkan,” imbuhnya.