BeritaKAWAT DUNIAPOLITIKA

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz Jika AS Terlibat Konflik dengan Israel: Ancaman Guncang Pasar Minyak Dunia!

KALTENG.CO-Ketegangan di Timur Tengah terus memanas, mencapai titik kritis dengan ancaman terbaru dari Iran. Teheran kini melontarkan ultimatum yang dapat mengguncang stabilitas pasar energi global: menutup Selat Hormuz.

Ancaman ini datang seiring dengan potensi keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.

Pernyataan ini bukan sekadar gertakan kosong. Ali Yazdikhah, seorang anggota parlemen senior Iran, dengan tegas menyatakan bahwa jika Amerika Serikat secara resmi terlibat dalam konflik tersebut, menutup Selat Hormuz adalah hak sah Teheran.

“Jika AS benar-benar turun tangan membela Zionis, maka kami punya hak penuh untuk memberi tekanan balik—termasuk mengganggu kelancaran arus minyak mereka,” ujar Yazdikhah seperti dikutip oleh kantor berita semi-resmi Mehr.

Nada serupa juga disuarakan oleh Behnam Saeedi dari Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran. “Iran punya banyak cara untuk membalas musuhnya. Menutup Selat Hormuz adalah salah satu opsi,” tegasnya, menunjukkan keseriusan ancaman ini.

Selat Hormuz: Jalur Nyawa Energi Dunia

Selat Hormuz mungkin tampak seperti sekadar jalur sempit di peta, namun nilai strategisnya sangat besar. Di sinilah sekitar 26 persen perdagangan minyak dunia mengalir setiap hari. Jalur ini memiliki lebar hanya 21 mil, dengan dua koridor pelayaran sempit yang padat dan strategis. Sedikit saja gangguan di Selat Hormuz, maka harga minyak dunia bisa melonjak tajam dalam hitungan jam, memicu kekhawatiran global.

Bagi para pelaku pasar maupun diplomat, Selat Hormuz adalah jalur kehidupan global. Setiap kapal tanker yang melintasi perairan ini membawa jutaan barel minyak mentah dari negara-negara Teluk—seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan tentu saja Iran—menuju pasar global.

Sejarah Gangguan dan Strategi Bertahap Iran

Sejarah telah membuktikan bahwa selat ini tak selalu aman. Pada masa Perang Iran-Irak di tahun 1980-an, Teheran pernah menghujani kapal-kapal tanker dengan ranjau laut dan rudal Silkworm buatan China. Meskipun saat itu tidak sampai menutup total jalur pelayaran, dampaknya terasa signifikan: premi asuransi kapal meroket, pelayaran tertunda, dan ketakutan menyebar ke seluruh dunia.

Mengutip Newsweek, laporan Congressional Research Service (CRS) AS pada 2012 menyebutkan bahwa strategi Iran kemungkinan akan bersifat bertahap. Mereka bisa memulai dengan gangguan ringan dan meningkatkannya menjadi aksi militer langsung, atau memilih serangan agresif sejak awal. Tujuannya jelas: membuat Selat Hormuz terlalu berbahaya untuk dilintasi.

Implikasi Geopolitik dan Ekonomi Global

Isyarat dari Teheran ini datang di tengah laporan yang menyebutkan Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan opsi militer terhadap fasilitas nuklir Iran. Jika skenario ini benar-benar terjadi, bukan tidak mungkin seluruh kawasan Teluk akan berubah menjadi arena perang terbuka.

Bila itu terjadi, harga minyak bukan satu-satunya yang akan terpukul. Stabilitas global pun bisa terancam, mengingat ketergantungan dunia pada pasokan energi yang melewati Selat Hormuz. Dunia kini menanti dengan cemas bagaimana perkembangan di Timur Tengah akan berlanjut, dan apakah ancaman penutupan Selat Hormuz akan menjadi kenyataan. (*/tur)

Related Articles

Back to top button